Aditya Parama Setiaboedi's Blog

Pernahkah kamu mendengar makanan rimpi? Mungkin tidak banyak yang pernah mendengarnya. Tapi jika ditanya pernahkah kamu mendengar lagu “Ampar-Ampar Pisang”, mayoritas menjawab pernah. Lagu daerah ini bercerita mengenai makanan rimpi dari Kalimantan Selatan. Selain itu, ada juga nilai-nilai kebaikan yang dapat kita ambil dari lirik lagu ini. Rimpi merupakan panganan yang terbuat dari pisang yang dikeringkan dengan cara dijemur. Pisangnya biasanya dari pisang yang belum matang kemudian dioles madu atau cairan gula. Ampar-ampar pisang, pisangku balum masak (susun-susun pisang, pisangku belum masak) yang merupakan frase pada bait pertama menceritakan tentang pembuatan awal rimpi yang dengan menyusun pisang-pisang pada untuk dijemur di bawah sinar matahari. Masak sabigi, dihurung bari-bari (masak satu biji, dikeruburi bari-bari). Ketika satu pisang sudah kering biasanya akan mengeluarkan aroma yang khas. Ketika itu juga pisang-pisang yang sudah dijemur akan dikerubungi serangga-seran

  Pada bulan Ramadhan tahun ini ada hal yang lucu pada kelompok mengaji di lingkungan rumah saya. Biasanya anak-anak mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) di sebelah masjid pada sore hari. Namun sudah beberapa hari jumlah murid yang hadir berkurang cukup banyak. Ternyata, ada guru ngaji yang membuka kelas mengaji untuk anak-anak di dekat rumah. Biaya jasa yang ditawarkan lebih murah dibandingkan TPA. Kalau ikut belajar mengaji di TPA setiap anak diminta membayar iuran sebesar Rp60.000 per bulan, jika ikut belajar di guru ngaji yang baru iurannya hanya sebesar Rp20.000 per bulan. Potongan biaya yang signifikan ini membuat banyak anak yang beralih ke tempat ngaji yang baru, termasuk Abil pun ingin ikut pindah karena teman-temannya lebih memilih tempat yang baru. Harga murah di awal belum tentu tetap murah juga dalam jangka panjang. Setelah pulang dari mengaji di tempat yang baru, anak-anak melaporkan ke orang tuanya kalau ada iuran tambahan. Karena tempat yang digunakan sudah l