Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

One Pace, Proyek Fans yang Menawarkan Pengalaman yang Lebih Asyik dalam Menonton One Piece

One Piece menjadi manga favorit pembaca berdasarkan berbagai polling. Saya termasuk orang yang menganggap komik karanan Eiichiro Oda ini sebagai salah satu manga terbaik. Manga ini juga sudah memiliki adaptasi anime yang tayang mingguan. Di Indonesia sempat ditayangkan di RCTI hingga Arc Arabasta. Di Jepang anime One Piece masih tayang di layar kaca setiap pekannya. Walaupun manga -nya menempati peringkat pertama dalam survei namun hal yang sama belum tentu berlaku untuk anime- nya. Walaupun rating anime ini di situs MyAnimeList masih mendapatkan nilai yang cukup baik (sekitar 8,5/10). Sekarang anime One Piece sudah hampir mencapai 1000 episode. Saya tidak terlalu mengikuti anime karena lebih cepat membaca versi komiknya. Bagi pembaca yang masih mengikuti anime, pernahkah kamu merasa tidak se- enjoy dulu ketika menonton episode-episoe terbaru? Saya pernah mendengar beberapa keluhan kalau pacing anime terlalu lambat dan terasa dipanjang-panjangkan. Misalnya ada cerita tentang pertarun

Tips Batch Revisi untuk Mengurangi Jumlah Perubahan Desain Grafis

Bagi seorang ilustrator desain grafis, tantangan yang biasa dihadapi ketika mendesain adalah revisi berkali-kali. Permintaan untuk merubah desain memang wajar agar dapat menjadi lebih baik lagi. Namun hal yang bisa membuat kesal apabila request revisinya terlalu banyak, terlalu sering, hingga tidak logis. Apalagi jika setelah dibuat revisinya, desain yang dipilih kembali lagi ke desain awal. Dalam contoh membuat desain poster untuk sebuah webinar misalnya saya pernah mendapatkan permintaan desain dengan beberapa kali revisi dan setelah jadi malah desainnya tidak digunakan. Ketua tim meminta orang lain yang sudah biasa mendesain poster untuk membuat flyer acara tersebut. Salah satu kekecewaan designer juga apabila jika sudah mendesain dan merevisi berkali-kali malah desainnya tidak dipakai. Untuk meminimasi revisi yang berulang-ulang dan terlalu sering, saya mendapatkan tips dari Kang Rio (Rio Aurachman) tentang batch revisi . Usulan-usulan perubahan yang masuk terhadap desain awal d

HPku Hitam Putih, Tapi Hidupku Lebih Berwarna

Sejak pandemi saya jadi lebih sering menatap layar smartphone, entah itu karena kerja atau sekedar baca komik dan nonton YouTube. Lama kelamaan jadi muncul rasa ketergantungan terhadap ponsel pintar ini. Jika ada waktu senggang sedikit, cek HP, ada waktu nunggu sebentar, lihat notifikasi. Dan hampir dari bangun tidur hingga tidur lagi tidak terpisah dengan HP. Akhir tahun 2020 saya sempat menonton video yang membahas mengenai mengurangi ketergantungan terhadap smartphone. Salah satu caranya adalah dengan mengubah setting tampilan layar menjadi hita putih ( grayscale). Caranya adalah dengan masuk ke bagian setting (pengaturan) kemudian cari dan aktifkan fitur grayscale, eye comfort, atau bedtime mode (berbeda-beda perintah pengaturannya, tergantung merk dan tipe HP). Layar HP Saya yang Di- Set Hitam Putih Sekarang sudah delapan bulan sejak saya menjalankan tips menghitamputihkan layar ini. Awal-awal tentu ada rasak tak nyaman; biasanya melihat layar HP yang berwarna kemudian dirubah

Tak Perlu Kesulitan Mengeja Huruf Lagi dengan NATO Phonetic Alphabet

Di suatu pelajaran di kelas, sang guru sedang membacakan jawaban soal ulangan. “Nomor 1, A. Nomor 2, B.” “Apa Pak?”, tanya murid-muridnya. “B, Bandung. Nomor 3, D.”. “Apa Pak?”, murid-murid bertanya kembali. “D, Dodol”. Ketika mengeja abjad seringkali kita menggunakan objek yang familiar dengan nama depan yang sama dengan huruf yang dieja. Kata Bandung untuk menegaskan huruf B dan kata dodol untuk menegaskan huruf D. Cara ini efektif untuk membedakan dua huruf yang pengucapannya mirip tersebut karena kota Bandung dan makanan Dodol diketahui secara luas dan pelafalan keduanya berbeda. Ketika bekerja di lingkungan internasional bisa jadi cara mengeja huruf B dan D seperti contoh di atas tidak efektif. Pengalaman pertama saja kerja bersama ekspatriat adalah ketika karir pertama di bagian Human Resource pada perusahaan oil & gas asal Perancis. Sebagai karyawan yang intens berhubungan dengan telepon, saya pernah merasa kesulitan ketika mengkomunikasikan nama dan nomor karyawan (yan

4 Alasan untuk Kerja Dahulu Sebelum Lanjut Kuliah S2

Salah satu pertanyaan yang paling banyak muncul dari mahasiswa tingkat akhir antara lain apakah lebih baik langsung melanjutkan pendidikan S2 atau menambah pengalaman kerja selama beberapa tahun dahulu. Saya pribadi cenderung untuk memilih untuk bekerja setidaknya dua tahun dulu sebelum memutuskan untuk mengambil gelar magister. Ada empat alasan mengapa saya menyarankan demikian. Untuk disclaimer di awal, argumen yang saya tulis berdasarkan pengalaman dan konteks keilmuan Teknik Industri serta untuk lanjut kuliah beasiswa di luar negeri. Bisa jadi ada alasan yang kurang cocok untuk diterapkan di luar konteks tersebut.   Mengumpulkan Modal untuk Mendaftar Kuliah dan Beasiswa Dalam proses aplikasi kampus dan beasiswa ke luar negeri akan ada biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya yang paling umum biasanya untuk tes bahasa Inggris (TOEFL IBT atau IELTS), yang bisa mencapai 2 juta rupiah per tes. Jika ijazah dan transkrip akademik masih diterbitkan dalam bahasa Indonesia saja, perlu juga

4 Alasan Batal Fast Track di ITB

Sebelumnya saya telah bercerita mengenai program kuliah fast track di ITB . Pada artikel tersebut tertulis bahwa akhirnya saya memutuskan untuk tidak meneruskan fast track S2 di ITB. Tulisan ini akan lebih bercerita mengenai apa yang saya rasakan ketika menjalani fast track di jurusan Teknik dan Manajemen Industri ITB , walau tidak selesai.    1. Tak Terlalu Dekat dengan Teman S2 Mulai dari semester 7, peminat fast track sudah harus mengambil dua mata kuliah wajib S2. Kelas yang kami ikuti digabung dengan mahasiswa S2 jalur biasa yang baru masuk. Karena jumlah mahasiswa satu angkatan S2 cukup banyak, jadi kelas wajib ini pun dibagi menjadi dua kelas paralel. Jika mahasiswa S2 reguler dibagi kelasnya berdasarkan NIM (ganjil-genap atau awal-akhir), mahasiswa fast track dibebaskan memilih kelas yang jadwalnya cocok. Walaupun masuk ke kelas S2, tapi saya tidak begitu kenal dengan teman-teman S2. Salah satu alasannya karena beda kesibukan. Di saat mahasiswa S2 reguler hanya mengambi

Program Fast Track (Jalur Cepat) di ITB

Di Indonesia pada umumnya jenjang pendidikan S2 diselesaikan dalam waktu dua tahun. Tapi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan beberapa perguruan tinggi lain menyelenggarakan program fast track (jalur cepat) yang memungkinkan menempuh program magister dalam waktu satu tahun. Program ini merupakan program untuk melanjutkan S2 langsung dari S1 di jurusan yang sama selama 5 tahun, 4 tahun untuk menyelesaikan S1 dan 1 tahun berikutnya untuk jenjang S2. Karena menawarkan durasi yang singkat untuk mendapatkan gelar sarjana dan magister sekaligus, program ini cukup diminati.  Ada beragam keunggulan jika mengikuti program ini. Di jurusan Teknik Industri & Manajemen Rekayasa (TI-MR) ITB misalnya, banyak mahasiswa fast track yang lebih mudah dalam mencari topik thesis karena tinggal melanjutkan Tugas Akhir (skripsi). Mahasiswa juga sudah familiar dengan sistem administrasi di ITB, familiar dengan lingkungan kampus, hingga kenal dengan dosen-dosen yang mengajar sehingga mudah beradaptasi ket

Mengaitkan Wajah pada Nama

"Photo gives faces to the names" Kata-kata ini pertama kali saya dengar dari Mbak Wina, salah satu pengurus IA ITB Kaltim (Ikatan Alumni ITB Kalimantan Timur). Waktu itu kami sedang menjadi panitia pemilu ketua IA ITB Kaltim dan menelusuri database calon pemilih. Data yang kami miliki hanya berdiri dari nama dan tulisan lainnya, tanpa ada foto. Makanya Mbak Wina bilang kalau ada foto akan lebih baik lagi karena bisa membayangkan wajah para anggota ketika melihat nama-nama pada data. Jadi seolah-olah melihat kepada manusia nyata, tidak hanya melihat daftar tabel di kertas/ excel yang hanya berisi tulisan saja. Ketika membaca manga atau anime dengan karakter yang jumlahnya banyak, sering kali kita tidak hafal semua tokohnya. Apalagi kalau jumlah anime dan manga yang dikonsumsi sudah banyak, bahkan nama tokoh utama saja bisa lupa. Untung kalau membaca komik atau menonton versi novel, biasanya disebutkan nama ketika kotohnya muncul. Jadi pembaca dan penonton bisa terbayang wa

Konsep Marketing dari Umaru-Chan yang Berwajah Ganda

Umaru Doma adalah seorang siswi SMA yang “sempurna”. Ia pintar, seluruh nilai ujiannya 100, atletis, selalu juara ketika olahraga, jago bermain musik, perangainya baik, tata bahasanya juga indah. Umaru dibilang orang-orang sebagai tipe adik peremuan ( imouto ) yang ideal. Tapi tanpa diketahui banyak orang, Umaru menjadi sosok yang sangat berbeda ketika sudah pulang ke rumah. Ia bertransformasi menjadi sosok yang absurd; pemalas, tak kenal tata krama, senang ngemil junk food, mengabiskan waktu dengan main game, membaca manga, dan menonton anime. Hanya sang kakak laki-laki yang tahu karakter rumah Umaru yang 180% berbeda dengan yang Umaru tunjukkan ketika keluar rumah. Cerita tentang Umaro Doma yang berwajah ganda merupakan plot dari manga komedi Himouto! Umaru-Chan. Walaupun kisah ini fiksi, tapi konsep berwajah ganda ini juga terjadi di dunia nyata. Di banyak kebudayaan, istilah face (wajah) memiliki arti yang mendalam, tidak hanya wajah fisik yang terlihat namun lebih jauh berkaitan

Tak Semua Manga Perlu Diangkat Menjadi Anime

Keberhasilan suatu serial manga dalam memikat pembaca biasanya akan membuat manga tersebut dielu-elukan untuk diangkat menjadi film animasi oleh para fans . Gambar bergerak yang disertasi dengan aktor pengisi suara dan musik latar yang mendukung akan dapat dinikmati lebih banyak orang dibandingkan hanya membaca lembaran hitam putih. Tapi ada beberapa karya manga yang menurut saya tidak cocok dijadikan anime.   Adalah Yotsuba&! ( Yotsubato! ) yang merupakan salah satu manga yang lebih cocok dibiarkan dalam versi kertas dan pensil dibandingkan diangkat menjadi tayangan TV.   Manga bertema slice of life ini mengisahkan kehidupan Yotsuba, seorang anak berusia lima tahun, yang tinggal bersama ayahnya dan bertetangga dengan keluarga yang memiliki tiga orang anak perempuan. Potongan cerita yang diangkat pun tak jauh dari aktivitas sehari-hari seperti makan malam, bermain di taman, dan berbelanja. Sang pengarang entah bagaimana dapat menampilkan bagaimana dunia terlihat dari mata seoran

One Puch Man Workout dan Latihan Push Up

  “100 Push Up , 100 Sit Up , 100 Squat , dan 10 KM lari, SETIAP HARI”  -Saitama Porsi latihan di atas merupakan latihan yang dilakukan oleh Saitama, seorang tokoh dalam manga One Punch Man, hingga ia memiliki kekuatan super dan menjadi pahlawan. Latihan yang dikenal dengan One Punch Man Work Out (OPM Workout ) ini terkesan simpel dan digadang-gadang dapat memberikan hasil yang luar biasa. Banyak orang yang telah mempraktikkannya dan membagikan hasilnya di YouTube. Hanya dalam 30 hari saja, dengan menerapkan latihan fisik ini, dapat terlihat perubahan signifikan pada tubuh mereka. Hanya saja latihan ini perlu dilakukan dengan teknik yang tepat dan bertahap agar tidak menimbulkan cidera pada tubuh. Beberapa Video Orang yang Telah Mencoba OPM Workout Saya tertarik untuk melakukan OPM Workout ini, namun bagian yang paling menantang adalah melakukan push up . Seingat saya terakhir kali melakukan gerakan ini ketika osjur (ospek jurusan ) semasa kuliah dulu. Jumlahnya pun tidak terlalu

Inspirasi tentang Hadiah untuk Mahasiswa

  “The ain’t a master in the world who wouldn’t be happy when their student does a great job” -Barbatos Bachiko- Pada manga Mairimashita Iruma-kun! diceritakan bahwa di akhir tahun pertama bersekolah di Babyl, Iruma dan teman-teman sekelasnya mendapatkan hadiah dari para instruktur mereka. Hadiah tersebut merupakan apresiasi dari para master atas performa baik seluruh murid kelas abnormal dalam acara-acara di tahun pertama—festival panen dan festival musik—serta keberhasilan mencapai ranking 4 (dari total 10 ranking). Bentuk hadiahnya sederhana, mulai dari anting, cincin, kaca mata, hingga kalung. Aksesoris Baru Anggota Abnormal Class Apresiasi dari master ke didikannya ini menginspirasi saya untuk melakukan hal yang sama di perkuliahan. Mungkin jika memberikan hadiah kepada seluruh mahasiswa yang diajarkan di kelas agak berat. Namun untuk menyiapkan hadiah bagi mahasiswa bimbingan yang sudah lulus sepertinya masih masuk akal. Selama mengerjakan Tugas Akhir (skripsi), para mahasisw