Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Cerita Nikmat Dunia

Cerita islami kali ini akan menceritakan kisah perumpamaan yang diberi judul Singa, Ular, Tikus Kembar dan Madu. Seorang pria muda sedang berjalan-jalan di tengah hutan, ketika tiba-tiba seekor singa mengaum keras dan mengejarnya, tentu saja pria itu berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan diri. Dia melihat ada sebuah sumur di depannya dan tanpa pikir panjang ia langsung melompat masuk ke dalam sumur itu untuk menyelamatkan diri. Setelah masuk ke dalam sumur ia langsung menangkap tali timba yang menggantung. Pria itu merasa lega karena ia tidak terus jatuh ke bawah. Tapi ketika ia mengarahkan pandangannya ke ke dasar sumur, ia melihat seekor ular besar dengan mulut terbuka lebar siap mencaplok dan menelannya. Lalu anak muda itu mendongakkan kepalanya ke atas dan dia melihat dua ekor tikus yang berwarna hitam dan putih menggigit tali timba yang sedang dipegangnya. Sedangkan singa yang tadi mengejarnya masih terdengar mengaum dan berkeliaran di luar sumur. Jantung anak

Makan Daging Anjing: Aneh Bagi Sebagian Orang, Nikmat Bagi yang Sebagian Lainnya

Di akhir tahun 2018 lalu sempat viral di media soal video tentang seorang anak perempuan yang menanyi lagi berjudul Sayur Kol. Lagu tersebut sebenarnya sederhana, bercerita mengenai seseorang yang pergi ke Siborong-borong, dijemput bibinya, lalu makan daging anjing dengan sayur kol. Siborong-borong merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Saya menulis tulisan ini karena lagu ini ternyata menjadi lagu favorit yang sering dinyanyikan oleh saudara sepupu saya yang masih berumur 4 tahun. Jika kita merupakan orang batak atau orang yang tinggal di Sumatra Utara, memang tidak ada yang aneh dari lagu tersebut. Pergi wisata ke kabupaten Siborong-borong dan menyantap olahan daging asu sewajar wisata ke Lembang dan makan daging kelinci jika diibaratkan di Jawa Barat. Hal yang membuat lagu ini menarik adalah makan daging anjing bukan hal yang wajar menjadi konsumsi mayoritas orang di Indonesia. Jadi mungkin bagi sebagian orang menjadi aneh. Saya jadi teringat ketika sedang b

Gelang Kandau, Gelang Anyaman Khas Kalimantan

Gelang ayaman asal Borneo ini biasanya dibuat dari rotan (serat yang warna terang) dan tanaman pakis/gulma (serat yang warna gelap). Tidak ada pewarna sintesis yang digunakan, warnanya natural sesuai bahan bakunya. Gelang ini identik dengan suku Dayak. Beberapa suku dayak ada yang menyebut gelang ini dengan gelang simpai. Pertama kali Saya mendapatkan gelang ini adalah ketika TNT ( Traveling & Teaching ) 8 1000 Guru Samarinda di Desa Wisata Kedang Ipil. Setelah disambut dengan tarian selamat datang di balai desa (namanya tarian Pupur), masing-masing relawan diberikan gelang simpai ini. Gelang ini dapat dianyam langsung di tangan dan kaki atau dipasangkan langsung. Durasi pengayaman sekitar 30-45 menit, tergantung kerumitan motif. Cara pemasangan gelang yang sudah jadi cukup menarik. Dengan menggunakan alat bantu berupa sedotan atau tali, gelang yang ukurannya pas dengan pergelangan tangan diputar perlahan agak dapat masuk. Agak sakit memang, namun itulah satu-satunya cara

Kaligrafi Arab Macan Ngali di Museum Sribaduga Bandung

Salah satu koleksi di Museum Sribaduga Bandung yang menarik perhatian saya adalah kaligrafi bergambar macan ali. Macan Ali adalah panji kesultanan cirebon yang bergambar harimau (macan). Bentuk macan tersebut disusun dari kaligrafi kalimat Syahadat . Gambar tersebut dilukis berdasarkan piktogram stilasi dari "Macan Duduk" dengan medium kaca. Seni lukis kaca di Cirebon ada sejak abad ke-17 Masehi. Seni lukis ini memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Cirebon. Motif dan corak khas Islam berupa kutipan ayat Al Qur'an dan Hadist mudah ditemui pada peninggalan Panembahan Ratu di Cirebon. Media dakwah yang digunakan antara lain seni lukis kaca dan seni lukis wayang. Jika diperhatikan lebih lanjut, kaligrafi ini dapat memadukan nilai-nilai islam dengan budaya Cirebon yang kental. Bentuk gunungan yang berada di bawah kaki macan merupakan motif batik Mega Mendung, yang memiliki arti awan mendung. Karya seni ini merupakan bukti bahwa agama dan budaya dapa

Kejutan Setelah Jum'atan di Masjid Al-Serkal kota Phnom Penh, Kamboja

Masjid Al-Serkal adalah masjid utama di Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Masjid tersebut merupakan hadiah dari Keluarga Al Serkal, keluarga kaya dari Uni Emirat Arab. B angunan masjid yang sekarang merupakan bangunan baru yang dibuka pada tahun 2014, menggantikan struktur asli yang dibangun pada tahun 1968. Tampak Depan Masjid Al Serkal Mesjid ini merupakan salah satu tempat favorit Saya di Phnom Penh. Di sekitar mesjid itu banyak rumah makan halal yang menjual menu khas Kamboja seperti Beef Lok Lak dan Amok Fish. kalau di tempat lain untuk mencoba masakan-masakan tradisonal ini kehalalannya dipertanyakan. Walaupun pemiliknya kebanyakan pendatang dari Malaysia, tapi rasanya cukup otentik. Beberapa kali Saya mampir ke mesjid ini untuk membeli makanan halal yang murmer, salah satunya ada roti telur yang dijual di pelataran masjid. Harganya 1000 riel (sekitar Rp3000). Abang penjualnya bisa cakap melayu. Ada sebuah pengalaman menarik pada hari Jum'at di mesjid ini. Keti

Kunjungan Creavill Bandung ke Saung Baca Guruminda di Cianjur

Di awal bulan Mei 2018 , komunitas  Creavill Bandung  bersama kawan-kawan LPDP BIT berkesempatan untuk mengunjungi  Saung Baca Guruminda Kang Ihsan ( @imanfariz ) . Perjalanan ke Saung Baca yg terletak di daerah Cianjur ini cukup menyenangkan walaupun kami sempat terhambat rombongan serikat pekerja yg berdemo. Program yang dilakukan bertema Learning from Diversity . Kakak-kakak LPDP BIT mengenalkan kebudayaan, adat, tradisi, dan bahasa dari daerahnya masing-masing. Bahkan mereka membawa pakaian tradisional, asesoris, dan membawakan tarian daerah. Adik-adik di sana senang karena dapat bertemu dan menyaksikan langsung budaya dari beberapa daerah di Indonesia Timur. Jujur, Saya sendiri baru melihat langsung tarian dan pakaian yang ditampilkan, misalkan hiasan kepala yg dibuat dari bulu burung Kasuari. Mengenalkan Budaya dari Papua & Indonesia Timur Mencoba Tutup Kepala Bulu Burung Kasuari Anak-Anak yang Antusias ingin Mencoba Facepaint Selain

10 Kesalahan Logika yang Sering Kita Lakukan

Ada 10 kesalahan berpikir ( logical fallacies ) yang sering kita lakukan dalam berpikir dan membangun argumen: 1.        Rombongan Kereta ( Bandwagon ) Kesalahan ini terjadi ketika kita menganggap sesuatu itu benar hanya karena banyak juga orang yang mempercayai atau melakukan hal yang sama 2.        Ah Hominem Kesalahan ini terjadi ketika kita tidak membantah isi argumen, melainkan justru menyerang hal-hal pribadi lawan yang tidak ada hubungannya dengan argumen yang sedang dibicarakan 3.        Penalaran Berputar ( Circular Reasoning ) Kesalahan ini terjadi ketika argumen kita mengandung asumsi atau pembuktian yang berputar. 4.        Ambigu Kesalahan ini terjadi ketika kita mencari-cari celah pada kata atau kalimat yang bersifat ambigu/ dapat diartikan dengan makna yang lain. 5.        Beban Pembuktian ( Burden of Proof ) Kesalahan ini terjadi ketika kita tidak menyediakan bukti atas klaim kita, melainkan justru meminta lawan untuk

Overview Petunjuk Hidup dalam Al-Quran

6 Alasan Mengapa Sekantong Darah Dihargai Tinggi di PMI

Pernah diajarkan mengenai donor universal (darah O bisa donor ke semua) dan recipient universal (darah AB bisa menerima semua) waktu sekolah dulu? Ternyata ada hal yang bisa membuat salah presepsi dari penjelasan mengenai darah tersebut Dulu teori tersebut memang sempat dipakai ketika alat-alat kesehatan tidak begitu canggih dan jumlah pendonor sukarela juga tidak banyak. Saat ini teori donor dan recipient universal sudah tidak diaplikasikan lagi untuk meminimalisasi terjadinya komplikasi di tubuh pasien. Apabila tetap dilakukan, maka kemungkinan yang terjadi si pasien bisa tertolong atau malah langsung koit sekalian.  Golongan darah sama saja bisa terjadi komplikasi / ketidakcocokan apalagi yang golongan darahnya beda. Nah untuk itulah ada biaya sebesar Rp360.000 per kantong di PMI, salah satunya untuk biaya uji kecocokan antara darah pendonor dengan darah pasien seperti yang prosesnya tampak di foto-foto berikut ini. Ngomong-ngomong soal biaya, ada tambahan info dari

Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Rangking

Tulisan ini dibuat oleh Prof Agus Budiyono dan disadur dari grup WA Komunitas TI Nusantara  Ada tiga konsep yang tidak saya percayai sepenuhnya dalam sistem pendidikan yaitu: NEM, IPK dan rangking. Saya mengarungi sistem pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2&3) dan kemudian dilanjut mengajar selama 15 tahun di universitas di tiga negara maju (AS, Korsel, Australia) dan tanah air.  Saya menjadi saksi betapa tidak relevannya ketiga konsep di atas dengan apa yang secara normal didefinisikan sebagai kesuksesan.  Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang akan berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US.  Berdasarkan hasil penelitian beliau ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan tentu saja rangking) hanyalah faktor sukses no ke 30! Sementara itu faktor IQ pada urutan ke-21 dan bersekola

Cara Menguasari Jurus Legendaris

Pada zaman dahulu, tersebutlah seorang Master yang menguasai jurus silat legendaris yang hampir punah. Ia hidup pada gubuk kecil di tengah hutan. Sang Master sudah menuliskan semua jurusnya dalam sebuah kitab silat, dan ia berjanji akan mewariskan kitab itu pada siapa saja yang berhasil mengalahkannya. Tentu saja para pendekar berbondong-bondong datang ke tengah hutan untuk menantangnya duel. Namun tak ada seorang pun yang bisa merobohkan Master. Meski mereka sangat ingin mendapatkan kitab tersebut, apa daya mereka semua harus pulang satu demi satu. Terkecuali seorang pendekar muda, ia memutuskan menginap di hutan dan akan melawan lagi Master silat itu keesokan harinya. Ketika esok tiba, duel pun berlangsung dan pemuda itu kalah lagi. Ia tak patah asa, diputuskannya untuk membangun tenda di hutan agar ia bisa terus mencoba melawan Master setiap hari. Tentu saja tantangan duelnya diladeni pula oleh Master. Tak terasa satu tahun berlalu, sang pemuda masih saja ka

Resolusi 2019 oleh Ust Rahmat Baequni

Tulisan ini merupakan rangkuman dari Kajian Ust. Rahmat Baequni di Masjid Al Lathiif, Bandung, pada tanggal 3 Januari 2019.  Ketika umat Islam merayakan tahun baru masehi, berarti mereka sedang ittiba pada 3 agama, majusi (menyalakan merecon/kembang api), yahudi (membunyikan terompet), dan Nasrani. Rasulullah bersabda, "Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga manusia mengikuti apa yang disembah oleh nenek moyang mereka. Sesungguhnya kalian akan mengikuti mereka sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Dan saat ini sudah terbukti, banyak umat Islam yang mengikuti mereka dengan alasan toleransi. Hari ini kita melihat bagaimana umat Islam disesatkan. Dan sayangnya, umat Islam saat ini dangkal akidahnya. Di akhir zaman umat Islam akan terbagi 2, mukmin dan munafik. Perlahan-lahan, Allah membagi 2 golongan tersebut dengan berbagai kejadian yang terjadi saat ini. Umar bin Khattab pernah bertemu dengan saudaranya yg Yahudi dan hafal taurat. Umar meminta untu

Mengenang Louis Braille, Pencipta Sistem Tulisan bagi Tunanetra

Tanggal 4 Januari diperingati oleh dunia internasional sebagai "Hari Braille". Braille adalah sistem tulisan timbul bagi tunanetra yang diciptakan oleh Louis Braille, seorang tunanetra yang dilahirkan di Coupvray, Perancis, pada tanggal 4 Januari 1809. Berkat kelahiran anak tunanetra asal Perancis inilah maka lebih dari 40 juta orang tunanetra di seluruh dunia dapat belajar membaca dan menulis, dan oleh karenanya dapat mengenyam pendidikan sebagaimana rekan-rekannya yang awas. Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra telah dimulai sekurang-kurangnya 16 abad yang lalu, ketika seorang cendekiawan tunanetra Jepang pada abad ke-4 mengukir huruf-huruf pada kayu dan mendirikan sebuah perpustakaan yang cukup besar untuk menghimpun karya-karyanya itu. Hingga awal abad ke-19, orang-orang di Eropa masih memusatkan usaha membantu tunanetra belajar membaca dan menulis itu dengan memperbesar huruf Latin atau Romawi dengan menggunakan tali-temali, potongan-potongan log