Sudah lama saya tidak sengaja membaca atau mendengar berita
dari Indonesia. Biasanya saya mendengar dari obrolan teman-teman. Kebanyakan
diantaranya negatif.
Jadi saya tidak terlalu update dengan kabar terbaru.
Misalnya tentang MBG (Makan Bergizi Gratis). Saya tidak tahu apakah masih jalan
atau tidak, bagaimana pelaksanaannya, apakah manfaatnya terasa atau tidak, dan
sejumlah pertanyaan lainnya. Sejauh ini yang saya tahu banyak peneliti di Australia yang
mengungkap sisi negatif dari kebijakan presiden baru kita ini.
Kebetulan di beranda YouTube saya ada video tentang dr Tan
Shot Yen yang memberikan kritik tentang pelaksanaan MBG. Kebetulan saya pernah
menonton video dari dokter ahli gizi ini sebelumnya. Pemaparannya logis dan
bahasanya profesional. Jemari saya mengklik
video berurasi sekitar 14 menit tersebut.
Paparan beliau membuat saya emosi. Saya marah atas pelaksanaan
di lapangan yang dampaknya buruk bagi anak-anak sekolah. Temuan-temuan yang
beliau sampaikan juga membuat hari saya nelangsa. Kritik pedas beliau tentang
jajaran pelaksanaan MBG membuat saya jadi cemas.
Di video terlihat beliau dengan berapi-api menyampaikan
pengamatan dan rekomendasinya mewakili pengamat MBG. dr Tan memang betul-betul
peduli dan cinta akan negara ini. Makanya beliau tidak mau kebijakan yang
dilaksanakan dengan salah akan merusak masa depan bangsa Indonesia.
Tidak hanya mengkritik, dr Tan dan tim juga menyarankan
empat reformasi dan lima rekomendasi. Empat reformasinya yakni:
1.
Hindari distribusi produk makanan kering, yang
mengacu pada industry sebagai UPF (Ultra Processed Food),
2.
Hindari operasional SPPG (Satuan Pelayanan
Pemenuhan Gizi) yang potensial untuk membuat masalah,
3.
Hindari operasional SPPG yang sudah bermasalah,
dan
4.
Terapkan sistem monitoring dan supervisi yang
akuntabel.
Lima rekomendasi yang beliau usualkan adalah:
1.
Sasar wilayah 3T (Terluar, Terdalam, dan
Tertinggal),
2.
Bangun kerja sama dengan Dinkes (Dinas
Kesehatan),
3.
Transparansi keuangan, dimana dapur dan penyedia
diketahui publik,
4.
Buktikan bahwa terjadi edukasi makanan bergizi,
serta
5.
Alokasikan menu lokal menjadi 80% menu MBG.
Kebijakan MBG membuat perasaan campur aduk. Di satu sisi manfaatnya baik dan potensinya besar untuk generasi muda emas. Di lain pihak, pelaksanaan dan penerapannya yang banyak kecurangan dan tidak sesuai rencana membuat tagar ‘Indonesia Cemas’ terasa benar. Akan tetapi, jika ada orang yang peduli dan terus mengawal kebijakan ini seperti dr Tan dan tim, saya yakin akan ada perubahan berarti ke arah yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar