Di bandara di Indonesia, biasanya
transportasi darat dimonopoli oleh transportasi eksklusif bandara. Misalnya di
Bandara Husein Sastranegara di Bandung, taksi bandara dikelola oleh koperasi
angkatan udara (PRIMKOPAU). Tarif angkutan bandara pun seringkali jauh lebih
mahal dibandingkan transportasi publik pada umumnya, karena sifatnya masih
monopoli. Sebagai gambaran, tarif taksi Bandara di Bandung jauh-dekat Rp200.000
dan menuju Cimahi, Kab. Bandung, atau Jatinagor dapat mencapai Rp400.000 untuk
satu kali keberangkatan.
Mulai awal tahun 2018, Grab sudah
bekerja sama dengan PRIMKOPAU Bandara Husein Sastranegara untuk menghadirkan
transportasi online di dalam bandara.
Sebelumnya seringkali ada konflik antara supir angkuran resmi bandara dengan
pengemudi angkutan online. Pernah ada
cerita dari kawan Saya yang bekerja sampingan sebagai driver GoCar. Dia menjemput ibunya di bandara dan memarkirkan
mobilnya diparkiran, ketika kembali bannya dikempeskan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Lalu dia didatangi oleh pengemudi taksi bandara yang memakai
seragam. Sang supir taksi bandara melihat stiker logo GoJek pada mobil teman saya
dan mengira teman saya sedang mengambil penumpang di dalam bandara.
Booth Pemesanan Grab di Pintu Keluar Kedatangan
Dengan Grab menjadi official airport transfer, penumpang
memiliki opsi transportasi darat lainnya untuk mengakses destinasi berikutnya
setelah sampai di bandara Bandung. Tarifnya mengikuti aplikasi Grab (sesuai
jarak), tidak berupa tarif tembak seperti sebelumnya. Counter pemesanan terdapat di bagian dalam area kedatangan (di
dekat conveyor belt pengambilan
koper) dan di dekat pintu keluar. Di sana akan ada petugas yang membantu
pemesanan moda dengan menggunakan aplikasi Grab. Tanpa bertanya ke petugas
sebenarnya penumpang dapat memesan sendiri dengan menggunakan aplikasi Grab
seperti biasa. Stand buka dari jam 6
s/d 22 WIB, sesuai jam operasi bandara, begitu pun operasi transportasi yang
dapat dipesan dengan Grab. Saya pernah mendarat dari Lombok sekitar pukul
23.00, stand-nya sudah tutup dan saya
tidak dapat memesan taksi via Grab lagi.
Dengan menggunakan aplikasi Grab,
taksi yang menjadi mitra adalah taksi bandara sendiri. Namun pelayanannya masih
selevel dengan taksi bandara yang sebelumnya, karena mobil dan supirnya masih
sama. Jangan kaget apabila Kamu masih menemukan supirnya menyetel musik dangdut
dengan keras, tidak ramah, bahkan merokok ketika dalam perjalanan. Walaupun
begitu setidaknya ada poin positif yakni tarifnya lebih murah.
Berdasarkan pengalaman, pemesanan
taksi bandara dengan menggunakan aplikasi Grab lebih murah dibandingkan harga
awal yang asal tembak. Namun tarifnya masih lebih mahal dibandingkan memesan
Grab di luar bandara. Sebagai gambaran, tarif Grab atau GoCar di jam normal (jam
10 pagi) dari bandara menuju rumah Saya di daerah Pasir Salam Bandung (sekitar
5 km) sejumlah Rp32.000. Ketika mencoba memesan taksi bandara di dalam, estimasi
tarifnya mencapai Rp60.000. Mungkin perbedaan tarif yang signifikan ini yang
menyebabkan masih banyak penumpang yang bersedia berjalan sedikit ke luar
bandara untuk memesan Grab/GoCar umum.
Hingga saat ini, pemesanan dan
penjemputan transportasi online di
dalam bandara Husein Sastranegara masih dilarang, oleh karena itu biasanya para
penumpang yang sudah tahu naik dari luar bandara. Ketika masih di bandara, kita
bisa mulai memesan dan memilih pick up point
bandara husein sastranegara. Kita bisa memesan motor atau mobil. Biasanya driver yang meng-accept pesanan kita memberitahukan akan menjemput di luar bandara. Dari
pintu keluar kedatangan (domestik dan internasional), kamu bisa berjalan ke
arah selatan, menuju arah jalan keluar kendaraan dan berjalan hingga pertigaan
yang dekat rel kereta api. Jalannya tidak jauh, hanya sekitar 100m. Di
pertigaan pintu keluar bandara biasanya akan ada beberapa penumpang yang
sama-sama menunggu kendaraan.
Saya pernah ada pengalaman kurang
menyenangkan dengan taksi bandara. Ketika pulang terlalu malam dan tidak dapat
memesan Grab dari dalam bandara, saya memilih berjalan ke luar. Di dekat tempat
menunggu taksi bandara (di seberang Starbucks), ada seorang driver taksi Bandara yang mencari
penumpang, namun dengan cara yang tidak nyaman didengar. Dia mengatakan “taksi,
taksi, taksi. Taksi bandara di sini. Taksi buat yang miskin jalan dulu ke luar!”
dengan nada membentak. Saya sih biasa
saja mendengarnya. Namun dalam industri jasa, tindakan tersebut dapat
menurunkan presepsi pengguna jasa terhadap kepuasaan pelayanan.
Apabila bawaan tidak terlalu banyak dan masih sanggup dibawa tanpa troley, saya sangat merekomendasikan menggunakan cara ini untuk memesan transportasi online. Jalan sedikit juga lebih menyehatkan kan?
Apabila bawaan tidak terlalu banyak dan masih sanggup dibawa tanpa troley, saya sangat merekomendasikan menggunakan cara ini untuk memesan transportasi online. Jalan sedikit juga lebih menyehatkan kan?
Komentar
Posting Komentar