Seri Webnovel Omniscient Reader’s Viewpoint (ORV) karangan Sing Shong merupakan novel yang bercerita mengenai cerita dari novel favorit tokoh utama yang berjudul “The Ways to Survive in a Ruined World”, yang tiba-tiba jadi kenyataan. Saya jadi tertarik membaca novel yang sudah tamat dan terdiri dari 551 chapter (termasuk epilog) ini karena diadaptasi menjadi manhwa tahun ini.
Gambar 1. Cover Novel Omniscient Reader's Viewpoint |
Pengalaman selama membaca halaman per halaman novel ini seru karena pengembangan karakternya dalam, banyak plot twist, emotional roller-coaster, hingga belajar banyak hal. Beberapa hal yang saya pelajari dari ORV antara lain:
1. Menambah Wawasan Sejarah & Mitologi
Pada ORV,
diceritakan bahwa tokoh-tokoh sejarah (historical figures) dan dewa-dewa
dari mitologi menjadi constellation yang terlibat dalam alur cerita. Nama-nama
yang saya sudah familiar muncul seperti Sun Wukong/Sun Gokong dari “Kera Sakti”,
Zeus dari mitologi Yunani kuno, hingga Uriel archangel dari Injil. Banyak
juga tokoh yang saya baru dengar seperti Pungbaek (salah satu dewa pendiri
Korea), Jeon Woo-chi (salah satu penyihir di dinasti Joseon Korea), hingga
Sakyamuni (salah satu nama Buddha Gautama).
Artifak dan
momen bersejarah pun digambarkan memiliki efek khusus yang dapat digunakan para
tokoh. Ada momen ketika tokoh utama pergi ke museum untuk mengambil artifak
yang Ganpyeongui. Awalnya saya tidak tahu artifak apa ini dan apa fungsinya
dahulu. Untungnya sang penerjemah berbaik hati mencantumkan gambar dan cerita
sejarah alat ini.
![]() |
Gambar 2. Ganpyeongui, Alat untuk Melihat Posisi Matahari, yang Merupakan Koleksi Museum of Silhak di Seoul Sumber |
Cara sang
pengarang menceritakan ilmu pengethuan dalam bentuk cerita fantasi juga menarik.
Misalnya pendeskripsian ilmu astronomi ketika sang tokoh utama “memanggil” rasi bintang
biduk utama (big dipper).
- First star of the Big Dipper: The Greedy Wolf star (Dubhe).
- Second star of the Big Dipper: The Great Gate star (Merak).
- Third star of the Big Dipper: The Blessing star (Phecda).
- Fourth star of the Big Dipper: The Literate Turn star (Megrez).
- Fifth star of the Big Dipper: The Clean and Pure star (Alioth).
- Sixth star of the Big Dipper: The Military Turn star (Mizar).
- Seventh star of the Big Dipper: The Broken Army star (Alkaid).
![]() |
Gambar 3. Bintang-Bintang yang Menyusun Rasi Bintang Big Dipper (Biduk Utara) sumber |
Ada pula momen sejarah yang diangkat ketika tim dari Korea melawan tim dari Jepang. Sang pengarang mereka ulang kejadian penembakan Itō Hirobumi (Perdana Menteri Jepang pertama) oleh An Jung-geun (tokoh nasionalis Korea) di Harbin. Deskripsi sejarahnya jelas dengan penempatan yang pas, tanpa menyinggung pihak Jepang ataupun terlalu mengangkat pihak Korea.
Salah satu momen favorit saya yang lain adalah ketika Arc “Journey to the West” yang bercerita tentang legenda Sun Wukong mencari kitab suci ke barat. Saya diingatkan lagi masa-masa SD ketika menonton film “Kera Sakti” di sore hari. Momen-momen ketika Kera Sakti melawan siluman untuk melindungi biksu Tong, membangkang dewa-sewa dari khayangan, hingga mendapat pencertahan dari sang Buddha menjadi bagian yang berkesan dari masa kecil saya. Serasa nostalgia ketika menemui cerita ini lagi ketika dewasa.
Selain sejarah
dan mitologi, ada juga beberapa bagian yang diambil dari karya kontemporer
seperti film “Titanic”, “Jurassic Park”, dan “Wizard of Oz”. Ketika membaca ORV,
saya jadi sering browsing untuk mencari info-infonya seperti siapa dewa yang
mendapatkan julukan “the spear that separates the boundaries of the oceans”,
apa yang dimaksud dengan Samsara & Lokapala, juga bagaimana kejadian
Gigantomachia pada mitologi Yunani. Jadi menambah wawasan baru mengenai hal-hal
tersebut.
2. Belajar Teori Sci-Fi Baru
Sepanjang
cerita ORV sang pengarang banyak mengunakan konsep-konsep yang muncul pada sci-fi
(science fiction) seperti Parallel World, Time Paradox, dan Disconnected
Film Theory. Teori ketiga merupakan teori yang baru saya dengar.
Gambaran singkat mengenai Disconnected Film Theory salah satunya membahas mengenai
“killing your 'past' self in order to make the existence of your
'future' self a paradox and erase them from the world. However, there is no
worldline which is the 'past' or 'future' of another one. They all lie parallel
to each other.”
Sang pengarang menyusun penjelasan ini dengan dialog antar karakter. Ditambah
lagi dengan contoh yang sedang dihadapi karakter, membuat kita jadi lebih
terbayang mengenai bagaimana jika teori ini diaplikasikan. Jarang saya
menemukan penjelasan teori sains yang kompleks dengan penyajian sederhana dan
mudah dipahami oleh pembaca seperti ini.
Gambar 4. Ilustrasi dari Ilustrator Novel Omniscient Reader's Viewpoint |
3. Aware Terhadap Genre dan Istilah Fantasi Populer
Novel ORV ber-genre metafiction, salah satu bentuk fiksi yang ditulis sedemikian rupa hingga meningatkan pembaca bahwa mereka sadar bahwa karya yang sedang dibaca atau dilihatnya adalah karya fiksi. ORV mengombinasikan berbagai unsur cerita di bagian fantasi yang sering digunakan di karya-karya popular seperti konsep levelling system, scenario/quest, dan cultivation. Dari begaram istilah tersebut, salah satunya saya jadi tahu kalau istilah ‘Murim’ merujuk pada Martial Arts World.
Jika pada manga/manhwa/manhua lainnya menggunakan konsep tokoh utama antara seorang regressor (kembali ke waktu atau kehidupan sebelumnya), returnee (tokoh utama yang pergi ke dunia lain kemudian kembali lagi ke bumi setelah menjadi kuat), atau reincarnator (bereinkarnasi pada tubuh atau objek lain di dunia yang baru), ORV menggunakan ketiganya sekaligus. Walaupun kesannya konsepnya dicampuradukkan, sang pengarang dapat meramunya menjadi cerita yang epik. Ibarat sop buah, berbagai buah yang berbeda rasanya dicampurkan namun tetap menjadi hidangan yang lezat.
Gambar 5. Ilustrasi Tokoh-Tokoh pada Omniscient Reader's Viewpoint |
Tak dapat dipungkiri bahwa novel ORV merupakan masterpiece yang menarik bagi penggemar hingga mendapat banyak review dan ramai diperbincangkan di forum online seperti Reddit dan Novelupdates. Namun ada beberapa hal yang agak kurang menurut saya pribadi. Pertama adalah alur cerita yang agak cepat dan side character yang tidak begitu digali. Hal ini wajar saja karena dalam 500-an bab, penulis lebih memilih untuk berfokus pada cerita dan tokoh utama. Kedua adalah ending dan epilog yang bittersweet. Setelah selesai membaca, ada perasaan kosong di hati. Saya sampai ikut membaca post di forum untuk mendapatkan gambaran mengenai interpretasi pembaca lain terhadap akhir cerita ORV. Walaupun ending-nya agak diluar ekspektasi, saya setuju dengan komentar yang mengatakan bahwa akhiran ini merupakan pilihan yang terbaik bagi ORV.
Kekurangan ketiga, sebenarnya bukan dari novel sendiri tapi dari para fans yang membuat fanart. Ketika mencoba mencari gambar ilustrasi dari novel agar lebih terbayang bagaimana wajah karakter pada ORV, yang saya temukan adalah kebanyakan ilustrasi BL (Boys Love), me-refer kepada cerita dengan tema Yaoi. Mungkin karena hampir tidak ada unsur romance, jadi banyak pembaca yang membayangkan hubungan romantis antara dua tokoh pria utama. Sampai ada juga post di forum yang menanyakan apakah novel ORV bertema BL. Kalau memang cerita ini BL, saya pun tidak akan membacanya. Namun karena banyak penggemar yang mengasosiasikan cerita ini dengan BL, sentimen saya jadi agak sedikit negatif. Untungnya novel ini tidak ada tag BL-nya.
Setelah membaca ORV, saya akui bahwa cerita ini merupakan cerita yang
menarik dan konsepnya dieksekusi dengan baik. It was a great ride! Sekarang
ORV masuk ke daftar novel-novel favorit saya. Jadi bagi yang suka dengan novel fantasi,
menginvestisikan waktu untuk menikmati cerita Omniscient Reader’s Viewpoint
akan menjadi pengalaman yang seru.
Komentar
Posting Komentar