Mentor saya, Kang El (Muhammad Elvandi), ketika pelatihan menulis mengatakan bahwa 50 karya pertama adalah karya kita yang paling buruk. Dalam konteks menulis, artikel atau tulisan awal kita biasanya tidak lebih baik dibandingkan karya kita yang terbaru. Bisa jadi ada kesalahan tata bahasa, penggunaan kata yang tidak tepat, ide yang tidak tersampaikan dengan baik, hingga konten yang mungkin menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Saya pun merasakan hal yang sama ketika membaca ulang posting awal yang terbit di blog ini. Bahkan di beberapa bagian saya jadi malu dan berpikir “bisa-bisanya dulu saya menulis seperti ini”.
Jika tulisan awal kita merupakan
karya terburuk, artinya masih ada kesempatan untuk meningkatkan kualitas
tulisan. Dari setiap tulisan yang dihasilkan kita bisa belajar dan bergerak ke
arah yang lebih baik. Terlebih jika mendapatkan masukan dari pembaca dan feedback
dari editor, kualitas tulisan kita dapat menjadi lebhi baik lagi.
Mengambil contoh manga, para
pengarang komik terkenal belum tentu tidak memiliki karya sebelumnya. Eiichiro
Oda, pengarang One Piece, pernah membuat beberapa chapter manga
sebelum keluar dengan masterpiece-nya. Gege Akutami, penulis cerita
Jujutsu Kaisen, juga pernah mengarang beberapa cerita (seperti No. 9, Kamishiro
Sousa, dan Nikai Bongai Barabarjura), sebelum cerita tentang Yuuji
Itadori digandrungi pembaca. Selain dua mangaka tersebut masih banyak
pengarang yang menulis karya-karya lain sebelum akhirnya menerbitkan karya
andalannya.
![]() |
Beberapa Karya Eiichiro Oda sebelum One Piece |
Ada kasus yang langsung membuahkan mahakarya dari tulisan pertamanya. Kasus tersebut merupakan outlier yang jarang terjadi. Namun jangan biarkan contoh tersebut men-discourage kita untuk tetap menghasilkan karya saat karya pertama kita belum berhasil. Jika kita belum menghasilkan tulisan yang baik dari tulisan pertama kita, jangan khawatir. Teruslah menulis karena bisa jadi baru pada karya ke-51 tulisan hebat kita baru tercipta.
Komentar
Posting Komentar