Di pertengahan bulan Juni
kemarin, ada satu anime yang langsung tayang sebanyak 12 episode di
Netflix berjudul Record of Ragnarok. Jarang-jarang ada seri yang tayang
satu season sekaligus. Anime yang diadaptasi dari manga yang berjudul Record
of Ragnarok: Shuumatsu no Valkyrie ini bercerita tentang perkelahian antara
dewa dan manusia. Premisnya dimulai dengan dewa-dewa yang ingin membinasakan
umat manusia karena terlalu banyak berbuat kerusakan di muka bumi, namun
Valkyrie (mahluk dari mitologi Skandinavia) menentang keputusan tersebut dan mengusulkan
untuk membuat turnamen antara 13 tokoh dari umat manusia dan 13 representasi
dewa. Bagi saya selling point dari
manga ini bukan dari action bertarungnya yang seru, namun dari backstory setiap karakter yang membuat mengapa karakter tersebut berbuat
demikian, mengapa menjadi seperti ini, dan bagaimana motivasinya. Flashback yang diselipkan di setiap pertarungan membuat ceritanya lebih berbobot,
tidak hanya tonjok-tonjokan doang.
Daftar Petarung dari Kubu Heaven dan Humanity |
Komentar
dari penonton anime ini lebih banyak
poin negatifnya, rating di web MyAnimeList juga tidak sampai angka 7. Karenanya
saya jadi tidak jadi menonton bahkan episode pertama sekalipun. Terlepas dari
kepercayaan dan agama, alur cerita manga-nya
cukup menarik, yang membuat saya merekomendasikan kepada kakak saya.
Beberapa
hari kemudian, kakak cerita lagi kalau sudah baca hingga chapter terbaru (chapter 40-an,
pertarungan Buddha melawan
Zerofuku). Kakak banyak memberikan kritik terhadap manga tersebut. Keritik
pertamanya tentang prmilihan karaker. Ada 13 petarung dari sisi humanity, yang dipilih dari tokoh penting, di antaranya
ada Adam, sang manusia pertama, Nikola Tesla, hingga Nostradamus. Kenapa yang
dipilih dari pihak manusia orang-orang tersebut, padahal masih banyak tokoh bersejarah
lain yang lebih hebat. Misalnya kenapa ditunjuk Sasaki Kojiro, bukan Miyamoto
Mushahi yang pencapaian dan kekuatan tarungnya lebih hebat. Atau kenapa Lu B u,
bukan Zengish Khan? Kenapa pula ada Jack the Ripper, kan dia seorang kriminal.
Bahkan kakak juga mempertanyakan bagaimana tokoh Simo Häyhä, sang snipper dari Finlandia, dapat bertarung. Bukankah lebih
baik Arjuna sang pemanah yang dilibatkan?
Salah Satu Panel Keren dari Pertarungan Ke-2 (Adam Vs Zeus) |
Kritik
lainnya dari kakak tentang interaksi antar karakter. Dalam cerita Record of Ragnarok, setting yang digunakan adalah
seluruh dunia dan seluruh zaman, terlalu besar. Ia mengkritisi kurang banyaknya
interaksi antar tokoh dan membandingkan dengan anime favoritnya.
Misalnya pada cerita Fate/Zero yang bercerita
tentang perang cawan suci di kota Fuyuki, King Arthur dapat bertemu lagi dengan
Lancelot. Sedangkan di Record of Ragnarok tidak
ada interaksi yang signifikan antara petarung manusia. Teman atau keluarga yang
diperlihatkan hanya di bangku penonton. Walaupun banyak kritik, sepertinya
kakak menikmati membaca cerita ini. Saya pun senang bisa merekomendasikannya.
Feedback yang konstruktif dapat membuat kita terus berkembang. Pada kasus ini, kakak saya yang hanya seorang pembaca dan tidak kenal dengan pengarangnya dapat memberikan pendapat dan kritiknya terhadap manga ini. Apalagi jika ada orang yang secara tulus memberikan feedback kepada kita. Catat dan renungkan masukan dan saran tersebut agar dapat membuat kita terus menjadi pribadi yang lebih baik.
PS: ada juga video yang membahas mengenai kritik untuk anime-nya dari Megane Sensei di YouTube. Bisa dicek pada video di bawah ini:
Komentar
Posting Komentar