MUSE Communication merupakan salah
satu media yang menyediakan fasilitas untuk menonton anime secara legal.
Media ini memiliki beberapa kanal besar di YouTube, diantaranya Muse Asia, yang
menyediakan anime dengan subtitle Bahasa Inggris dan Mandarin,
serta Muse Indonesia yang menayangkan anime dengan takarir Bahasa
Indonesia. Berdasarkna namanya, kanal Muse Asia menargetkan pasar yang lebih besar
dibandingkan dibandingkan kanal yang khusus untuk negara Indonesia saja. Potensi
jangkauan penonton Muse Asia juga lebih luas karena menggunakan bahasa internasional.
Hal menarik dari dua channel ini
adalah jumlah subscriber Muse Indonesia lebih banyak dibandingkan Muse
Asia. Walaupun perbedaannya tidak terlalu besar (Muse Asia 3,5 juta dan Muse
Indonesia 3,9 juta subscriber per tanggal 21 Juli 2021), namun ada fenomena
menarik mengenai jumlah penggemar anime di Indonesia dibandingan dengan Asia
secara umum. Penduduk Indonesia memang banyak, jadi wajar jika penggemar anime
juga banyak. Tapi apakah jumlah fans di sebuah negara saja melebih
total penggemar dari satu benua? Hal ini belum dapat disimpulkan karena beragam
faktor, seperti jumlah subscriber yang tidak representatif dan akses tayang
yang dibatasi.
Subscriber Muse Asia vs Muse Indonesia |
Kalau kata sepupu saya, Gandhi,
salah satu penyebab Muse Indonesia mendapatkan tambahan pengikut yang signifikan
karena banyak anak-anak SD-SMP penggemar anime Tokyo Revengers. Salah
satu buktinya adalah rata-rata penonton anime tentang perkelahian antar
gang di Tokyo ini pada kanal Muse Asia sekitar 1-2 juta views sedangan
pada kanal rekanan Indonesia sekitar 5-7 juta views.
Alasan lain mengenai jumlah follower
yang lebih banyak bisa dikarenakan karena strategi marketing yang diimplementasikan
oleh Muse Indonesia. Karena target pasarnya merupakan warga satu negara, sang
pengelola dapat membuat kegiatan-kegiatan yang lebih personal. Muse Indonesia
pernah membuat talkshow dengan mengundang animator Jepang, streaming
game show, hingga konser virtual dari VTuber Andi Adinata. Karena demografi
audiensnya sama (warga +62), maka taktik yang diluncurkan bisa tepat sasaran dalam
meningkatkan brand awareness dan customer retention.
Beberapa Events dari Muse Indonesia |
Dengan audiens lokal, interaksi
antar user juga dapat lebih meningkat karena penonton dapat saling
berkomentar tanpa khawatir tembok
penghalang bahasa. Misalnya pada
video-video di Muse Asia, jumlah komentar biasanya sekiar ribuan, jarang yang
sampai di atas 10.000. Namun pada video di kanal Muse Indonesia, tak jarang ada
video yang mendapatkan komentar hingga belasan atau bahkan puluhan ribu. Yah,
walaupun isinya ada juga yang berteori, saling berdebat, hingga spoiler dari
manga. Jumlah view & comment yang banyak dapat
meningatkan peluang untuk muncul di rekomendasi pada algoritma YouTube >
menambah peminat & subscriber > meningkatkan view. Nantinya
akan terus bertambah banyak mengikuti efek bola salju (snowball effect).
Jadi, dalam melakukan pemasaran produk atau jasa, fokus pada pasar domestik, atau pada satu negara terentu bisa jadi lebih efektif dibandingkan menargetkan secara luas. Contoh kasusnya adalah Muse Indonesia yang bisa menawarkan konten-konten yang cocok dengan audiens lokal untuk meningkatkan engangement & retention. Dalam konteks produk anime legal, cara yang dilakukan kanal Muse Indonesia sudah cukup efektif. Namun untuk konteks produk atau jasa lain, perlu dikaji ulang dan disesuaikan dengan target pasar.
Komentar
Posting Komentar