Setiap daerah memiliki bumbu masing-masing yang membuat hidangan yang sama bisa terasa berbeda ketika dicicipi. Udon, salah satu makanan khas Jepang yang khas dengan bentuk mienya yang tebal, juga memiliki resep khas yang tak sama antara satu perfektur dengan perfektur lainnya.
Anime Udon
no Kuni no Kin’iro Temari (Poco’s Udon World) mengambil latar cerita di prefektur
Kagawa, prefektur yang menjadi daerah asal mie udon. Souta Tawara, seorang software
engineer, yang sudah lama bekerja di Tokyo memutuskan untuk pulang ke
Kagawa yang merupakan kampung halamannya setelah mendapakan kabar bahwa ayahnya
telah wafat. Keluarga Tawara menjalankan restoran udon yang cukup terkenal.
Sayangnya setelah peninggalan sang ayah yang merupakan koki utama di urmah
makan ini belum ada yang mau melanjutkan usaha ini. Souta akhirnya memutuskan
untuk merealisasi mimpi masa kecilnya untuk bekerja di dapur sang ayah sebagai pembuat
udon.
Warung Udon Keluarga Tawara |
Pada
awalnya Souta mencoba berbagai resep udon yang umum dan ditemuinya di internet.
Namun setelah dicoba belum ada yang menyamai rasa udon buatan ayahnya. Ia
bingung karena sudah mengikuti setiap langkah dengan benar namun belum bisa
mencapai hasil yang diinginkan.
Resep Udon Turun Temurun Keluarga Kagawa |
Souta
menemukan catatan resep yang ditulis tangan oleh sang ayah. Terdapat keterangan
bahwa ada bahan yang berbeda dengan udon yang biasa Souta makan di Tokyo atau
kota lainnya. Di Kagawa, dalam membuat kaldu yang menjadi dasar kuah udon,
pengrajin tidak menggunakan bonito flakes (parutan ikan cakalang).
Mereka memakai ikan sarden kering sebagai basisnya. Setelah mencoba tips ini,
rasa udon yang Souta buat semakin mendekati apa rasa udon masakan sang ayah
yang teringat di memorinya.
Sanuki Udon khas Daerah Kagawa |
Berkaca ke
konteks Indonesia masakan tiap daerah yang memiliki coraknya masing-masing juga
umum terjadi. Misalnya bubur ayam, salah satu menu sarapan favorit di Jawa
Barat, memiliki tampilan yang berbeda antara satu kota dengan kota lainnya.
Bubur ayam di Bandung disajikan kering; hanya nasi dan topping. Di
Sukabumi dan Cianjur, bubur ayam pasti selalu dihidangkan dengan kuah kaldu. Tidak
ada yang salah dan benar. Tetapi setiap daerah memiliki coraknya masing-masing.
Malahan hal ini semakin memperkaya khazanah kuliner di daerah tersebut.
Seperti
perbedaan bumbu pada masakan, dalam kehidupan sehari-hari kita pun sering
menemui beragam hal yang tak sama. Pilihan kepercayaan, arah pandangan politik,
preferensi gaya berpakaian, hingga pola pikir bisa jadi beragam. Namun dari diversifikasi
ini sebaiknya kita menyikapi dengan mengadopsinya sebagai berpedaan yang
membangun, bukan malah saling menjatuhkan.
Komentar
Posting Komentar