Setelah merasakan hidup jadi lebih mudah apabila bisa berbicara bahasa Mandarin saat tinggal di Taiwan, saya jadi ingin menguasai bahasa Sunda untuk tinggal di Bandung. Lahir dari keluarga yang multikultural, Ayah yang merupakan orang Jawa-Sunda dan Ibu yang berasal dari Bali, membuat komunikasi dengan keluarga di rumah menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun saya lahir di Bandung dan sampai kuliah pun di Kota Kembang ini, bahasa daerah Jawa Barat saya masih dasar karena jarang digunakan. Sejak SD sampai SMA saya mendapatkan mata pelajaran bahasa Sunda tetapi saya hanya mengikuti sekedarnya. Sekarang barulah saya lebih bersemangat untuk belajar bahasa daerah ini.
Media yang
saya sukai untuk melatih berbasahasa Sunda adalah dengan mendengarkan siaran
humor. Salah satu cerita lucu yang saya sering dengarkan adalah segmen Canghegar
yang disiarkan di Radio Rama. Tapi biasanya saya menontonya di YouTube sih.
Dengan mendengarkan obrolan humor ini selain terhibur saya juga mendapatkan banyak
kosakata baru. Kebanyakan kata-kata yang baru didengar ini saya paham artinya
karena ada konteksnya dalam kalimat. Jika benar-benar tidak tahu, barulah saya
mencari artinya di kamus online.
Selain
Canghegar, ada juga kanal YouTube dengan konten humor berbahasa Sunda yang
sering saya dengarkan. Nama akun tersebut adalah Apil, yang spesialisasinya
melakukan dubbing dalam bahasa Sunda. Biasanya video yang di sulih suara
merupakan rekaman stand-up comedy atau video humor dari negara lain. Hal
yang saya suka adalah bahasa yang digunakan biasanya lebih kasual dan cocok
untuk pergaulan sehari-hari. Yah, walau beberapa kata yang digunakan merupakan
kata kasar yang tidak sopan apabila diucapkan kepada orang yang lebih tua.
Ketika
berbelanja, mengobrol, dan berinteraksi di Bandung, sekarang saya mencoba lebih
sering menggunakan bahasa Sunda. Hasil yang saya rasakan biasanya lawan bicara jadi
lebih ramah dan obrolan bisa lebih Panjang. Pernah saya mendapatkan diskon saat
menservis sepeda karena orang Bandung dan berbicara bahasa Sunda.
Dulu,
pernah ada pengalaman yang lucu saat salah berucap. Ada keramaian di dekat
rumah. Saya bertanya kepada tetangga dan dia menyebutkan ‘aya nu ngantunkeun’.
Awalnya saya pikir ‘ngantunkeun’ itu menikah karena terdengar mirip
dengan kata manten atau pengantin. Saya pun mengucapkan ‘barakallah’. Padahal
arti dari kalimat yang diucapkan tetangga saya itu ‘ada yang wafat’.
Apabila
kita fasih berbicara dalam bahasa lokal, akan banyak manfaat yang dirasakan.
Jika tinggal di Bandung, sebaiknya kita bisa berbicara bahasa Sunda. Setidaknya
dapat menggunakan kata ‘punten’, 'mangga' dan ‘hatur nuhun’. Media belajar
yang cocok bagi saya adalah dengan mendengarkan rekaman lawak. Walaupun sempat
ada pengalaman memalukan saat belajar bahasa, tapi dengan tetapi konsisten
menggunakannya perlahan kemampuan kita akan semakin baik.
Komentar
Posting Komentar