Sebagian orang bilang kalau maau jalan-jalan di tempat wisata di tanah air, waktu yang paling cocok antara bulan Juni atau Juli. Cuacanya sering cerah dan jarang hujan. Sebagian orang lainnya menyarankan awal tahun, sekitar bulan Januari dan Februari, karena lebih sepi. Kalau menurut saya, waktu yang paling pas untuk menikmati destinasi wisata domestik adalah sewaktu bulan Ramadan.
Pada bulan
April 2023, Rodrigo, teman kuliah kuliah saya di Hong Kong, berkunjung ke Jogja.
Ia punya jatah libur paskah yang cukup panjang dan sudah sejak lama ingin
berkunjung ke Candi Borobudur dan Prambanan. Bersama Mbak Kadek, teman yang
kenal dari kuliah di Hong Kong, akhirnya merencanakan liburan bertiga selama
lima hari di kota Gudeg ini.
Kebetulan rencana
wisata ini bertepatan dengan bulan puasa. Karena Rodrigo dan Mbak Kadek tidak
puasa, jadi tidak masalah buat kami tetap melanjutkan rencana.
Pada bulan
Ramadan ini kebanyakan tempat wisata sepi pengunjung. Di Candi Prambanan dan
Candi Borobudur, kami jarang sekali menjumpai wisatawan domestik. Kebanyakan
turis yang berkunjung adalah turis mancanegara.
Ketika
mencoba Merapi Lava Tour yang menjelajahi trek Gunung Merapi dengan mobil offroad,
mobil Jeep yang berangkat dari penyedia jasa kami hanya satu. Sepanjang perjalanan,
mobil Jeep lain yang kami jumpai dapat dihitung dengan jari. Kebanyakan penumpangnya
juga turis asing.
Bahkan
ketika kami ke Gua Pindul untuk merasakan river tubing di sungai yang
ada di dalam gua. Ban besar yang mengapung di sungai hanya bertempat: kami
bertiga dengan seorang pemandu. Mereka bilang seharian ini hanya kelompok kami yang
berwisata mengarungi sungai. Bermain arung jeram di Sungai Elo pun hanya grup
kami wisatawannya.
Kondisi tempat wisata yang sepi membuat kita bisa mengeksplorasi dengan lebih puas. Di Borobudur misalnya, kami bisa tidur-tiduran di rumput sambil memandangi candi dengan tenang. Saat rangkaian tur Merapi Lava Tour, kami bisa lebih puas meminta sang driver untuk menerobos sungai untuk mencipratkan air berkali-kali. Katanya kalau musim liburan, bagian sungai akan macet karena banyaknya mobil Jeep yang mengantri. Mengarungi Sungai Elo dan Gua Pindul juga terasa seperti wisata privat. Kami bisa berenang sepuasnya, mencoba cliff jumping sesuka hati, dan bersantai sambil mengambang dengan ban.
Mau berfoto
di tempat-tempat wisata juga lebih leluasa. Kita bisa mendapatkan banyak kesempatan
berfoto hanya orang dan tempat wisatanya, tanpa terganggu wisatawan lainnya. Berfoto
beberapa lama di satu tempat juga tidak masalah karena tidak mengganggu orang
lain. Kalau sedang penuh, terkadang kita hanya bisa sebentar untuk mengambil
gambar dari satu tempat foto karena sudah banyak pengujung lain yang menunggu
giliran.
Walaupun
bisa menjelajah dan berfoto lebih puas, ada juga kekurangan saat berkunjung di
bulan saat banyak orang Indonesia beribadah shaum. Beberapa tempat makan ada
yang merubah waktu operasionalnya. Misalnya saat ingin makan siang ke Bale
Raos, restoran di Keraton yang menjual menu khas Jogja, ternyata mereka baru
buka pukul 4 sore. Selain itu masih banyak tempat makan lainnya yang baru buka
sore menjelang malam karena menyesuaikan dengan jam berbuka puasa.
Saya pun
hanya bisa melihat teman-teman makan sebelum jam berbuka. Saat Rodrigo baru mendarat
di siang hari, saya ingin mengajaknya makan gudeg di daerah Widjilan. Saya
sangat suka makan olahan nangka muda ini. Namun ketika teman saya makan, saya
hanya bisa memperhatikan saja. Barulah ketika makan malam, kami bisa bersantap bersama.
Jadi, mengunjungi tempat-tempat
wisata di Indonesia paling nyaman ketika bulan puasa. Jumlah pengunjung tidak
terlalu banyak dan kita bisa lebih bebas mengeksplorasi. Hanya saja perlu jadi catatan
bahwa mungkin wisata kuliner pada pagi dan siang hari lebih terbatas.
Komentar
Posting Komentar