Memori yang muncul saat mendengarkan lagu adalah hal yang wajar, tetapi apa jadinya jika memori yang timbul adalah kejadian yang tidak pernah kita alami?
Pada suatu liburan ke Jogjakarta bersama teman kuliah, Rodrigo, teman saya dari El Salvador, memutar sebuah lagu ketika kami sedang berkendara. Lagu tersebut diputarkan dari ponselnya yang disambungkan dengan Bluetooth ke speaker mobil. Kami bertiga, di dalam mobil, bergantian memilih lagu untuk menemani perjalanan kami.
Kami tengah berkeliling kota, ketika Rodrigo berkata, "Coba dengarkan lagu ini. Kalian tahu lagu apa ini?" Lagu yang diputar adalah lagu instrumental yang dimainkan dengan piano. Meskipun nada lagu tersebut terdengar familiar, saya tidak dapat mengingat judulnya.
Malahan, benak
saya memutar kejadian yang seolah-olah diri saya yang masih kecil sedang
bermain-main ketika musim panas di Jepang. Ada gambaran diri saya kecil yang
sedang berlarian memainkan layangan sambil memakai kaos putih tanpa lengan. Ada
adegan saya bersama beberapa anak lainnya meloncat ke sungai dan bermain air.
Ada juga ilustrasi saya yang sedang duduk di pelataran toko kelontong sambil
menghabiskan es krim stik. Terdengar suara tonggeret dan sinar matahari yang
terik, khas musim panas. Latar adegan-adegan tersebut ada di pedesaan yang
jarang rumah dan sawah masih terhampar luas.
Namun, memori tersebut bukanlah kejadian nyata. Seluruh masa kecil saya dihabiskan di Indonesia dan saya tidak pernah tinggal di Jepang. Gambaran-gambaran tersebut mungkin adalah visualisasi yang terbentuk karena sering menonton anime atau membaca manga yang mengilustrasikan musim panas di pedesaan Jepang.
Pikiran
saya disadarkan kembali dari angan-angan saat Rodrigo menyebukan judul instrumental
yang diputarnya. Lagu tersebut berjudul One Summer’s Day. Lagu gubahan
musisi Joe Hisaishi ini merupakan soundtrack dari sebuah anime berjudul Spirited
Away (Sen no Chichiro no Kamikakushi). Film produksi studio Ghibli ini
bercerita tentang seorang anak yang masuk ke alam ghaib karena ingin
menyelamatkan orang tuanya yang terkena kutukan. Mendengar judulnya, saya menjadi
mengerti mengapa memori-memori palsu tersebut muncul di pikiran.
![]() |
Salah Satu Adegan Saat Musim Panas di Anime Spirited Away |
Dulu, saya pernah penasaran bagaimana lagu instrumental diberi judul. Jika lagu memiliki lirik, judulnya bisa ditentukan berdasarkan cerita atau makna yang ingin disampaikan. Namun, jika lagu hanya terdiri dari suara instrumen, bagaimana pencipta lagu memberi judul pada karyanya? Pengalaman saya mendengar One Summer’s Day dan memori musim panas yang tercipta, membuat saya berpikir bahwa pencipta lagu mungkin memberikan judul berdasarkan apa yang mereka rasakan saat mendengar kombinasi nada dalam lagu tersebut.
Ini adalah pertama kalinya saya mengalami munculnya "memori palsu" yang dipicu oleh sebuah lagu. Sensasinya cukup menarik, bagaimana otak saya menciptakan adegan yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Saya mencoba mencari penjelasan tentang fenomena ini, namun belum menemukan jawaban yang memuaskan. Jadi, jika pembaca pernah mengalami hal serupa, silakan berbagi pengalaman di kolom komentar untuk memperkaya perspektif kita semua.
Komentar
Posting Komentar