Frasa "kerlap-kerlip lampu kota" sering digunakan dalam berbagai bentuk media seni, seperti buku, lagu, dan film, sebagai simbol dari keadaan romantis atau keindahan malam. Bagi banyak orang, frase ini mungkin merujuk kepada pengalaman yang mistis dan puitis. Namun, seperti banyak frase artistik lainnya, ini membawa pertanyaan logis: "Bagaimana lampu bisa berkelap-kelip? Bukankah nyala lampu stabil?"
Cahaya lampu di perkotaan cenderung
stabil, dan tidak berkelap-kelip seperti cahaya bintang di malam hari. Namun,
melihat "kerlap-kerlip lampu kota" bukanlah semata-mata kiasan. Saya
mengalami sendiri fenomena ini ketika diajak kakak ke Bukit Bintang di Bandung.
Setelah lulus, saya langsung bekerja di Balikpapan. Dalam dua atau tiga bulan
sekali saya pulang ke Bandung. Setiap kali pulang, kakak sering mengajak saya
makan dan jalan-jalan. Suatu waktu, kami pergi ke Bukit Bintang Moko, sebuah
bukit yang berlokasi di sebelah utara Cicaheum. Meskipun jalan menuju bukit
tersebut sempit dan memiliki tanjakan yang curam, pesona yang ditawarkan tempat
ini luar biasa.
Di puncak Bukit Bintang, terdapat
sebuah tempat makan sederhana, yang lebih tepat disebut warung daripada cafe. Dengan
tiket masuk seharga Rp25.000 per orang, pengunjung dapat menikmati pemandangan
indah kota Bandung yang diterangi lampu-lampu kota. Kota Bandung memiliki
bentuk seperti mangkuk, dan Bukit Bintang merupakan salah satu ujung dari "mangkuk" tersebut jadi dapat melihat Kota Bandung di
dasarnya.
Pemandangan dari Bukit Bintang Bandung |
Kami tiba di sana sebelum magrib. Menyaksikan
lampu-lampu di kota menyala satu per satu, sementara langit perlahan menggelap,
memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Namun, momen paling menakjubkan
adalah ketika matahari telah sepenuhnya terbenam dan langit telah gelap
sepenuhnya. Lampu-lampu di kota, ketika dilihat dari kejauhan, tampak
berkelap-kelip dengan indahnya. Melihat kerlap-kerlip lampu tersebut, saya
merasa terpesona dan merasa hati saya menjadi lebih tenang.
Dari perspektif ilmiah, ada
beberapa faktor yang menyebabkan lampu kota tampak berkelap-kelip ketika
dilihat dari kejauhan. Pertama, ada refraksi atmosfer. Cahaya dari lampu kota harus
melewati lapisan atmosfer Bumi sebelum sampai ke mata kita. Karena atmosfer
Bumi terus bergerak dan mengalami perubahan temperatur dan kepadatan, cahaya
yang melewati atmosfer akan mengalami refraksi atau pembelokan. Perubahan kecil
dalam refraksi ini menciptakan ilusi bahwa lampu berkedip atau berkelap-kelip.
Faktor kedua adalah turbulensi
udara. Panas yang dihasilkan oleh bangunan dan infrastruktur di kota dapat
membuat udara di atas kota menjadi tidak stabil dan turbulen. Turbulensi ini
bisa membuat cahaya tampak berkelip-kelip saat melewati udara yang bergerak dan
berubah-ubah.
Selain itu, ada juga efek flicker,
yang biasanya terjadi pada lampu dengan teknologi tertentu, seperti lampu pijar
atau lampu neon, yang bisa menghasilkan efek berkelip-kelip.
Meski kerlipan lampu kota pada
dasarnya adalah efek visual yang dihasilkan oleh perilaku cahaya saat melewati
atmosfer, fenomena ini tetap memberikan keindahan dan ketenangan. Jadi, ketika mendengar
atau membaca frasa "kerlap-kerlip lampu kota", sekarang kita tahu
bahwa ada kenyataan fisik dan juga emosional di baliknya.
Komentar
Posting Komentar