Seperti cukup banyak anak lainnya, saya senang menonton film kartun di televisi. Dan kebanyakan kartun yang ditayangkan di Indonesia berasal dari Jepang. Jadi sejak kecil saya sudah menyukai film animasi dari Negeri Sakura.
Ketika
kecil, anime yang saya suka merupakan anime bergenre shounen yang memang
ditujukan untuk anak-anak seperti Naruto, Digimon dan Dragonball. Bagian
paling saya suka adalah pertarungannya yang menggunakan kekuatan super.
Sekarang,
genre favorit saya bergeser menjadi slice of life, yang menceritakan
berbagai sisi kehidupan. Kebanyakan berlatar di dunia yang bukan fantasi, tanpa
kekuatan super dan tanpa makhluk mitologi. Beberapa judul anime yang menduduki
peringkat sepuluh besar anime kesukaan saya di antaranya ada Gin no Saji (Silver
Spoon), Anohana, dan Barakamon. Hingga tulisan ini dibuat, anime
yang paling berkesan bagi saya adalah Sora Yori to Mooi Basho (A
Place Further than Universe).
Anime yang Banyak Menampilkan Keindahan Alam Antarktika |
Serial anime
yang tayang tahun 2018 ini menceritakan kisah Mari Tamaki, seorang gadis Sekolah
Menengah Atas yang bermimpi untuk memanfaatkan masa mudanya sebaik mungkin,
namun biasanya terlalu takut untuk keluar dari zona nyamannya. Suatu hari, dia
bertemu dengan Shirase Kobuchizawa, seorang gadis yang sedang menabung untuk
bepergian ke Antarktika, tempat ibunya menghilang pada sebuah ekspedisi.
Termotivasi oleh tekad Shirase, Mari bergabung dengannya dalam perjalanan ke
tempat yang lebih jauh dari alam semesta. Sepanjang perjalanan, mereka ditemani
oleh dua gadis lainnya, Hinata Miyake dan Yuzuki Shiraishi.
Anime ini
memiliki visual yang indah, musik yang enak didengar, dan menyajikan
pemandangan alam Kutub Selatan yang menakjubkan. Di samping semua itu, poin yang
paling unggul adalah dari jalan cerita.
Ada
beberapa hal yang membuat anime garapan studio Madhouse ini membekas bagi saya
pribadi. Pertama, anime ini berlatar cerita di tempat yang unik. Tema utama
anime ini adalah mengejar impian untuk menjelajahi tempat baru. Perjalanan ke Kutub
Selatan sangat sulit, berat, dan membutuhkan persiapan yang komprehensif. Tak
sembarang orang bisa ke sana. Keempat siswi SMA dalam cerita bisa ikut karena
mereka menjadi semacam relawan dalam ekspedisi penelitian dari Jepang. Saya
menonton anime ini ketika pandemi COVID-19, saat pembatasan sosial yang membuat
kita tidak dapat keluar dari rumah. Membayangkan suatu saat nanti setelah
pandemi selesai saya bisa pergi bertualang lagi, salah satunya ke Antarktika,
membuat kejenuhan dan kepenatan karena berdiam di rumah saja sedikit terobati.
Aurora Australis di Kutub Selatan |
Kedua, pengembangan
karakter dalam cerita ini juga menarik untuk diikuti. Para tokoh dalam anime
ini, meskipun merupakan gadis SMA, menunjukkan tingkat kedewasaan dan
pertumbuhan sepanjang perjalanan mereka. Ada aspek kepribadian dari diri saya
yang tercermin dalam salah satu tokoh. Mari, yang awalnya diceritakan takut keluar
dari zona nyamannya, akhirnya mengambil keputusan besar untuk ikut pergi ke
Kutub Selatan. Pada perjalanan tersebut ia belajar banyak hal dan tumbuh
semakin dewasa. Saya pun demikian. Ada kalanya saya cenderung enggan melakukan
hal dan mengambil keputusan yang memaksa untuk melangkahkan kaki ke luar zona
nyaman. Padahal, kalau saya memberanikan diri banyak hal baru yang bisa saya
pelajari dan pengembangan diri yang didapat. Melihat perkembangan karakter pada setiap episodenya membuat saya cukup terharu ketika menonton.
Empat Gadis SMA yang Bertualang ke Kutub Selatan |
Ketiga, kisah
tentang menghadapi kehilangan dan duka yang mengharukan. Salah satu aspek yang
paling menyentuh dari anime ini adalah bagaimana tokonya menangani tema
kehilangan dan duka. Shirase, awalnya menolak (denial) terhadap fakta
bahwa ibunya hilang pada saat badai salju di Kutub Selatan. Ia masih sering
mengirimkan email kepada akun ibunya tentang kabar dan aktivitasnya
sehari-hari. (Spoiler alert) Bagian yang menguras air mata adalah ketika
Shirase membuka unread email pada laptop ibunya yang ditemuinya di sebuah
shelter di Antarktika, dan akhirnya menerima kehilangannya (acceptance).
Ketika ayah wafat pada tahun
2009, saya pun awalnya menunjukkan penolakan. Namun lama-kelamaan bisa menerima
keadaannya.
Menonton
anime, selain menjadi salah satu sarana hiburan, dapat juga digunakan untuk mengambil
pelajaran. Anime ini memberikan saya perspektif baru mengenai Kutub Selatan.
Bahkan saya memasukkan Antarktika sebagai salah satu rute tur untuk kegiatan virtual
tour yang saya inisiasi bersama kakak ketika pandemi. Sora Yori to Mooi
Basho menjadi berkesan karena menyajikan inspirasi untuk menjelajahi tempat
baru yang indah, berani keluar dari zona nyaman, dan mengajarkan penerimaan dalam
menghadapi kesedihan.
“The real thing is 10000 times more
beautiful”
Komentar
Posting Komentar