Dalam dunia pendidikan, terdapat
banyak metode untuk mengajarkan konsep-konsep yang kompleks agar mudah
dipahami. Seperti yang digambarkan dalam manga Mairimashita! Iruma-kun,
tentang Iruma, seorang manusia yang dijual oleh keluarganya kepada iblis dan akhirnya
bersekolah di sekolah iblis. Materi yang diajarkan sungguh asing bagi Iruma;
mulai dari sihir, hewan magis, hingga sejarah bangsa iblis. Bagaimana mungkin
Iruma dapat memahami materi tersebut?
Pada suatu hari, Iruma tanpa sengaja mengungkapkan
rahasianya sebagai manusia kepada Balam-sensei, salah satu guru di
sekolahnya. Ia bercerita bagaimana kesulitannya dalam memahami materi
pelajaran, terutama tentang sihir, hewan magis, dan sejarah bangsa iblis.
Dengan kecerdasan dan empati, Balam-sensei menciptakan pendekatan yang
unik untuk Iruma. Guru tersebut membuat buku bergambar yang menjelaskan
konsep-konsep pelajaran melalui cerita. Misalnya, untuk menjelaskan tentang
jenis-jenis sihir, bukunya menggambarkan tiga tokoh dengan kemampuan sihir yang
berbeda yang saling berinteraksi, membantu Iruma untuk memahami konsepnya
dengan lebih mudah.
Buku Cerita yang Akhirnya Membuat Paham |
Tidak
hanya Balam-sensei, teman-teman Iruma juga memberikan saran kreatif. Dalam
memahami tanaman iblis, seorang teman menyarankan Iruma untuk membuat nyanyian
dan tarian. Sementara untuk memahami sejarah iblis, mereka bermain gim yang
berbasis pada peristiwa sejarah dan perang di dunia iblis. Pendekatan ini
mengubah pembelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan mudah diingat.
Belajar Sejarah dari Gim |
Sebagai pengajar, saya sering menemui materi yang dianggap
abstrak oleh mahasiswa. Menggunakan metode interaktif seringkali menjadi
solusi. Misalnya, ketika mengajarkan probabilitas dan statistika, alat peraga
seperti dadu, kelereng, dan kartu remi dapat menjadi alat bantu yang efektif.
Dadu yang memiliki enam sisi memiliki probabilitas 1/6 untuk setiap angkanya. Untuk
menguji teori ini, saya meminta mahasiswa di kelas untuk mengocok dadu dan
mencatat hasilnya. Jika mereka hanya mengocoknya enam kali, mungkin hasilnya tidak akan
sesuai dengan probabilitas teoritis. Misalnya, angka 1 mungkin keluar dua kali, angka 2 keluar
sekali, dan angka 3 muncul tiga
kali, sementara angka lainnya tidak muncul sama sekali. Namun, jika pengocokan
dilakukan berulang-ulang, hingga ratusan atau ribuan kali, hasilnya akan
semakin mendekati probabilitas teoritis 1/6 untuk setiap angka.
Demikian juga saat saya belajar manajemen kontrak di
kuliah. Awalnya saya masih belum begitu pemahami tentang bagaimana proses
penyusunan dokumen penawaran dan apa saja yang harus dituliskan di dalamnya. Terlebih saya dan peserta kelas
lainnya belum pernah mengalami proses tender secara langsung. Pemahaman
saya jauh lebih mendalam ketika kami diminta melakukan simulasi antara pembeli
dan penjual. Melalui permainan peran, kami dapat menyelami materi dan memahami
apa yang harus dicantumkan dalam kontrak.
Pembelajaran
yang efektif tidak hanya tergantung pada pemaparan materi, tetapi juga bagaimana
materi tersebut disajikan. Metode interaktif, seperti yang diterapkan Balam-sensei
atau oleh dosen saya, menjadikan proses pembelajaran jauh lebih menarik dan
berkesan. Dengan pendekatan yang tepat, konsep yang abstrak sekalipun menjadi
dapat dipahami dengan mudah dan menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar