Lagu merupakan salah satu bentuk ekspresi seni yang mampu menyentuh emosi pendengarnya melalui rangkaian kata dan melodinya. Namun, menurut pandangan pribadi saya, lagu-lagu Indonesia saat ini cenderung kurang variatif dalam tema dan ekspresi kreativitasnya. Banyak lagu yang menduduki tangga musik nasional hanya bercerita tentang kisah cinta yang sedih atau patah hati.
Sementara itu, musik-musik Barat, seperti What a
Beautiful World dan Country Road, memberikan nuansa yang berbeda
dengan mengambil tema lain di luar kisah cinta. Demikian juga dengan lagu-lagu
dari negara-negara Asia seperti Jepang, Mandarin, dan Korea; banyak di
antaranya memiliki pesan mendalam dan cerita yang kaya.
Salah satu fenomena menarik dalam industri musik saat ini
adalah kehadiran Vocaloid. Vocaloid bukanlah penyanyi manusia, melainkan
karakter digital yang “bernyanyi” melalui aplikasi khusus.
Para komposer dapat menggubah lagu dan lirik, kemudian memilih karakter
Vocaloid tertentu untuk “menyanyikannya”. Banyak di antara karya lagunya yang memiliki
cerita yang menarik.
Cerita Ilmuan dan Robot Ciptaannya
Kagamine Rin dan Kagamine Len, misalnya, merupakan dua
karakter Vocaloid yang populer sebagai anak kembar laki-laki dan perempuan.
Mereka kerap membawakan lagu dalam format duet, namun terkadang juga memiliki
lagu solo masing-masing.
Salah satu
lagu mereka dengan cerita yang dalam adalah Kokoro (Heart). Lagu ini
bercerita tentang Len, seorang ilmuan, yang menciptakan sebuah robot, Rin.
Robot tersebut sudah hampir sempurna, hanya kekurangan satu program, yakni
“hati”. Ilmuan tersebut berusaha mengajarkan si robot berbagai perasaan agar
dapat memiliki hati seperti manusia.
Sayangnya,
ilmuwan tersebut meninggal sebelum dia dapat menyelesaikan pekerjaannya. Si robot,
yang mendambakan untuk memahami emosi manusia dan terutama ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada penciptanya, melanjutkan pekerjaan ilmuwan tersebut.
Setelah bertahun-tahun, si robot akhirnya berhasil menciptakan hati untuk
dirinya sendiri. Ia mengirimkan pesan ke dirinya di masa lalu untuk bernyanyi
dan mengungkapkan perasaannya kepada sang ilmuan. Lagu yang dinyanyikan penuh
dengan perasaan bahagia, rindu, sedih, syukur, dan terima kasih. Ilmuan
tersebut pun wafat.
Ada dua
versi lagu ini. Versi yang dinyanyikan oleh Kagamine Rin, yang mengambil sudut
pandang sang robot. Lirik lagu ini mengisahkan tentang rasa kesepian si robot
yang ditinggal mati oleh ilmuan dan menghabiskan banyak waktu untuk mencari
tahu apa itu “hati”.
Versi yang
lain adalah dari Kagaime Len, yang bercerita tentang sang ilmuan pencipta
robot. Pada lagu ini, diceritakan ada mukjizat yang terjadi. Menjelang akhir
hayat sang ilmuan, tiba-tiba robot tersebut bernyanyi dengan sepenuh hati.
Ternyata robot ciptaannya mendapatkan pesan dari dirinya di masa depan.
Kedua versi
ini memiliki nada yang sama, termasuk ada beberapa lirik yang sama pula. Namun
ada bagian lirik lagu yang berbeda, yang melengkapi satu sama lain. Versi
Kagamine Rin berfokus pada kisah robot yang mencari esensi “hati”, sementara versi Kagamine Len menyoroti perspektif sang ilmuan
yang berupaya menciptakan mahluk sempurna.
Cerita Putri Tiran dan Pelayannya
Lagu
lainnya yang menarik perhatian saya dari Vocaloid Twins adalah kisah
mengenai seorang putri tiran yang diceritakan dalam empat tiga lagu. Lagu pertama, berjudul Aku no Musume (Daughter of Evil),
menceritakan kehidupan Rin. Sebagai putri kerajaan, Rin dikenal memiliki sifat
yang semena-mena dan kejam. Ia tak segan-segan menindas rakyatnya dan bahkan
membinasakan negara lain untuk alasan-alasan yang tidak berarti. Namun,
akhirnya arogansi dan kezalimannya membawa petaka. Rin digulingkan oleh sebuah
kelompok pemberontak dan dihukum mati dengan cara dieksekusi menggunakan
guillotine.
Lagu kedua, Aku no Metshisukai (Servant of Evil),
menawarkan perspektif yang berbeda dari kisah yang sama. Lagu ini berpusat pada
sosok Len, saudara kembar Rin, yang setia melayani putrinya sebagai pelayan.
Len digambarkan memiliki loyalitas yang luar biasa terhadap Rin. Ia rela
menuruti setiap keinginan Rin, meskipun itu berarti merugikan rakyat atau
negaranya. Dalam sebuah plot twist yang memilukan, terungkap bahwa Len
rela bertukar tempat dengan Rin sehingga ia yang dieksekusi, sementara Rin
berhasil melarikan diri.
Seri lagu ini ditutup dengan lagu berjudul Regret
Message. Latar belakang lagu ini adalah sebuah kota pelabuhan yang tenang
di tepi pantai. Disana, terdapat seorang gadis yang tengah terduduk, tenggelam
dalam kenangan. Kota ini memiliki tradisi turun-temurun: jika seseorang
memiliki keinginan, mereka menulisnya pada selembar kertas, memasukkannya ke
dalam botol, dan melemparkannya ke laut. Dalam kenangan pilunya, gadis
tersebut, yang ternyata adalah Rin, menulis pesan rindu kepada saudara
kembarnya, Len. Ia menyesali perbuatannya yang egois di masa lalu dan berharap
bisa terlahir kembali. Pesan yang ia tulis adalah: "Semoga kita terlahir
kembali..."
Cerita dari Negeri Dongeng untuk Menaklukkan Naga
Karya lagu berseri lainnya yang punya cerita mendalam dari
Kagamine bersaudara adalah dongeng Synchronicity yang terbagi menjadi
tiga bagian. Dalam lagu
pertama, The Sky Where I Look For You, kita diajak masuk ke dunia
fantasi sebuah kerajaan yang memuja naga. Seorang gadis muda dipilih untuk
menjadi penjaga naga, dimana ia harus bernyanyi dan menari untuk naga itu
seumur hidupnya.
Kagamine
Rin dan Len diperkenalkan sebagai saudara kembar. Ketika kecil, pihak kerajaan menculik
Rin untuk dilatih menjadi penjaga naga. Ketika sudah dewasa, Len berkeinginan
untuk mencari dan menyelamatkan saudara perempuannya yang terpisah sejak bayi. Melalui
komposisi musik yang menawan dan lirik puitis, lagu ini berhasil menanamkan
rasa antisipasi tentang petualangan heroik yang akan dihadapi oleh kedua
karakter utama.
Bagian kedua seri ini, Paradise of Light and Shadow,
mengajak pendengar untuk mengikuti Len dalam pencariannya akan Rin. Len dengan
gigih mengumpulkan sekumpulan teman dengan misi yang sama: mengatasi naga
tersebut. Anggota timnya
terdiri dari ksatria, penyihir, dan pencuri. Masing-masing digambarkan memiliki
latar belakang ceritanya masing-masing.
Mereka
melakukan perjalanan melalui padang pasir yang luas, gunung tinggi, dan
hutan lebat untuk mencapai
sarang naga. Beragam
musuh dan monster juga mereka kalahkan sepanjag perjalanan. Lagu ini
melukiskan gambaran tentang pengorbanan, kesetiaan, dan keberanian seseorang
dalam menghadapi tantangan demi menyelamatkan
saudari yang dicintainya.
Di ujung
perjalanannya, Len dan tim dihadapkan dengan sebuah realita yang keras. Sarang
naga tersebut dijaga oleh penyihir yang sakti. Kelompok mereka dikalahkan oleh
penyihir dan masukannya. Bahkan Len terluka parah dan berada di ambang
kematina.
Puncak dari trilogi ini, Requiem of the Spinning
World, mempersembahkan sebuah klimaks emosional bagi pendengar. Ketika
segala usaha tampaknya sia-sia, dan perjuangan mereka hampir terhenti, Rin menyanyikan lagu yang
membangkitkan kekuatan pada diri Len. Dengan kekuatan terkahirnya akhirnya Len
dapat mengalahkan si penyihir dan berkumpul kembali dengan Rin.
Namun,
masih ada naga yang perlu dikalahkan. Sedangkan Rin juga sudah kehabisan
tenaga. Akhirnya Rin dan Len sama-sama bernyanyi di hadapan sang naga. Cahaya
terang memenuhi layar, meninggalkan interpretasi bebas bagi pendengar mengenai
akhir kisah epik ini.
Seri Synchronicity
tidak hanya menawarkan musikalitas yang memikat, tapi juga dunia fiksi yang
kaya dan lore yang mendalam. Trilogi ini juga memiliki potensi besar
untuk diadaptasi menjadi cerita atau gim bergenre fantasi.
Lagu pertama dan kedua sama-sama diterbitkan tahun 2009. Ketika pertama
mendengar kedua lagu tersebut saya langsung tertarik dengan ceritanya. Saya pun
penasaran menunggu kelanjutan cerita setelah mendengarkan lagu kedua. Lagu
penutup trilogi ini baru keluar akhir tahun 2012. Namun, masa penantian tiga tahun
ini terbayarkan dengan ending cerita yang bagus serta musik dan vokal
yang enak didengarkan.
Kisah-kisah dalam lagu, terutama yang mendalam dan unik, sering menjadi inspirasi bagi karya lain, baik itu komik, animasi, teater, atau drama. Memang, kreativitas dalam berkarya tak memiliki batasan dan selalu menawarkan perspektif baru bagi pendengarnya.
Komentar
Posting Komentar