Pandemi Covid-19 tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan. Banyak orang kehilangan pekerjaan, dan di kalangan mahasiswa, masalah finansial semakin menjadi-jadi. Di tengah kesulitan ini, muncul suatu wacana yang kemudian berkembang menjadi inisiatif luar biasa dari sekelompok mahasiswa Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa Industri untuk saling membantu.
Dalam keseharian di grup WhatsApp
(WA) mereka, para mahasiswa tersebut sering berbincang-bincang mengenai masalah
keuangan dan kendala finansial yang dihadapi oleh sejumlah adik-adik kelas yang
masih menempuh pendidikan S1 Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa. Semua
bermula dari obrolan ringan, namun, suatu ketika, ide untuk memberikan bantuan
konkret mulai menarik perhatian mereka.
Tanggapan positif dari
rekan-rekan satu jurusan membuat semangat untuk menggarap ide ini semakin
membara. Saya dan beberapa teman segera berinisiatif untuk mengumpulkan dana
beasiswa. Mengingat kami masih berada di awal karir dan tidak memiliki sumber daya
yang besar, kami memulai dengan nominal yang kecil. Masing-masing individu
dapat berkontribusi dengan mengumpulkan dana sebesar 100 ribu per bulan.
Meskipun terdengar seperti jumlah
yang kecil, namun kekuatan gotong royong di sini menjadi kunci utama. Dengan
melibatkan 10 orang saja, misalnya, sudah dapat terkumpul dana sebesar 1 juta
rupiah. Meskipun nominalnya terbatas, hal ini sudah dapat memberikan bantuan
yang signifikan dalam membantu biaya hidup seorang mahasiswa.
Inisiatif ini menjadi sebuah cermin
dari semangat gotong royong di tengah sulitnya situasi. Meskipun belum mampu
memberikan beasiswa untuk banyak orang, namun setidaknya sudah ada langkah
konkret untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Selain
membantu secara finansial, inisiatif ini juga memupuk rasa kebersamaan dan
solidaritas di antara grup
Teknik Industri dan Manajemen
Rekayasa angkatan saya.
Ketika saya kuliah, saya menjadi penerima
beasiswa. Saya pernah mencantumkan dalam dreambook pribadi bahwa salah satu
impian saya adalah menjadi pemberi beasiswa bagi minimal 5 orang mahasiswa.
Meskipun impian itu belum sepenuhnya tercapai, inisiatif beasiswa kolektif ini
memberikan saya kesempatan untuk mulai mewujudkannya. Dengan berpartisipasi
aktif dalam mengumpulkan dana, saya merasa bahwa setiap kontribusi kecil saya
memiliki dampak positif yang nyata.
Konsep serupa sebenarnya sudah dijalankan oleh
Beasiswa Luar Biasa (BLB), yang diinisiasi oleh para alumni muda dari kampus
saya. BLB membuka kesempatan untuk alumni dari semua jurusan. Melibatkan setiap
orang dengan kontribusi yang dimulai dari Rp100 ribu, program beasiswa kolektif
ini bukan hanya mengubah hidup penerima beasiswa secara finansial, tetapi juga
menciptakan fasilitas bagi alumni yang ingin kembali berkontribusi kepada
almamaternya.
Partisipasi dalam program ini
tidak hanya tentang memberikan bantuan finansial, tetapi juga menciptakan
lingkungan di mana kesempatan dan harapan diperluas. Mewujudkan cita-cita
menjadi pemberi beasiswa bukanlah hal yang mudah, tetapi setiap langkah kecil
dalam inisiatif semacam ini membawa saya lebih dekat untuk mewujudkannya.
Pentingnya inisiatif seperti ini
tidak hanya terletak pada jumlah uang yang terkumpul, tetapi juga pada pesan
moral bahwa kita bisa saling mendukung dan bergotong royong di saat-saat sulit.
Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, kreativitas dan kepedulian sosial
seperti yang ditunjukkan oleh mahasiswa Teknik Industri ini memberikan harapan
dan inspirasi bagi banyak orang.
Inisiatif semacam ini semoga dapat menjadi contoh bagi
komunitas lainnya untuk turut berpartisipasi dalam membantu sesama di tengah
tantangan yang dihadapi. Gotong royong digital bukan hanya sebatas kata-kata,
melainkan tindakan nyata yang dapat membawa perubahan positif di tengah masyarakat
yang membutuhkan.
Komentar
Posting Komentar