Setahu saya cacing merupakan binatang yang menggeliat-geliat di tanah atau, maaf, makanan busuk. Belakangan saya baru tahu ada spesies cacing yang juga bisa menghasilkan cahaya. Pertama kali mendengar tentang jenis ini adalah ketika saya dan teman-teman berlibur ke Selandia Baru.
Di kota Te Anau, ada objek wisata berupa gua
yang di dalamnya ada cacing yang glow in the dark (menyala dalam gelap).
Pengunjung akan menaiki sampan untuk masuk ke dalam gua yang ada di pinggir
danau. Ada aliran air di dalam gua tersebut. Di bagian dalam gua yang tidak
terkena cahaya akan terlihat pendaran-pendaran di langit-langit dan dinding
gua. Sayangnya karena waktu kami terbatas rencana untuk masuk ke gua tidak kami
masukkan ke dalam rencana perjalanan.
Glow Worm di Australia
Ternyata di negara bagian New South Wales
(NSW), Australia, ada beberapa tempat yang menjadi habitat cacing ini. Salah
satu yang paling terkenal adalah di Lithgow, kota yang terletak sekitar 4 jam
perjalanan dari Sydney. Dari pusat kota, pengunjung masih perlu menempuh
perjalanan sekitar 40-45 menit lagi. Sayangnya tidak ada transportasi umum yang
langsung menuju gua. Perlu menyewa taksi atau menyetir sendiri.
Tempat lainnya di mana wisatawan biasa
menyaksikan fenomena cacing menyala dalam gelap adalah di Helensburg. Kota
kecil ini cukup mudah diakses dari Sydney. Cukup naik kereta SCO (South Coast
Line) dari stasiun Central dan langsung turun di Stasiun Helensburg.
Perjalanannya kurang lebih 40 menit. Dari stasiun, gua tempat koloni cacing
tinggal cukup berjalan 7 menit.
Saya diajak oleh Mas Marto dan Rendy untuk ke
gua hari Jumat sore. Awalnya saya sempat tidak mau ikut karena membayangkan
masuk ke gua akan horor. Akan tetapi setelah diyakinkan bahwa ini bukanlah
wisata mistik, dan akan berangkat ke sana beramai-ramai, akhirnya saya pun
memutuskan untuk berangkat.
Kami berangkat dari Stasiun Central sekitar
pukul 2 sore dan kereta berhenti di Stasiun Helensburg jam 3 kurang. Kami langsung berjalan menuju ke gua. Grup ini
merupakan kelompok terbanyak. Ada
18 orang totalnya, termasuk beberapa yang membawa anak kecil.
![]() |
Rombongan Indonesia di USYD |
Mendekati terowongan,
ada papan petunjuk dan keterangan. Ternyata dulunya gua ini dijadikan lintasan
kereta api. Setelah tidak dipakai lagi karena trek kereta api pindah ke tempat
sekarang, gua yang lembap dan gelap menjadi tempat yang ideal untuk tumbuhnya
koloni cacing.
![]() |
Papan Petunjuk di Pintu Masuk (1) |
![]() |
Papan Petunjuk di Pintu Masuk (2) |
Pada panel tersebut terdapat
juga informasi tentang apa itu glow worm, bagaimana habibat dan siklus
hidupnya, serta bagaimana pengunjung dapat berkontribusi untuk menjaga
kelangsungan alam. Kita dapat dengan bebas melihat, tetapi memfoto dan merekam
video dengan flash dilarang. Hewan tersebut sensitif dengan cahaya.
Sumber cahaya eksternal bisa mempengaruhi pola reproduksi mereka.
![]() |
Sejarah Konstrukti Terowongan dan Stasiun Helensburg |
Memasuki Terowongan Bercahaya
Perlu diperhatikan bahwa jalan memasuki gua cukup becek. Jika berjalan di atas rel juga licin. Jadi jika ingin berkunjung, perlu memakai sepatu anti selip. Sangat disarankan juga memakai sepatu anti air.
![]() |
Area Masuk yang Tergenang Air |
Di mulut gua belum
terlihat apa-apa. Setelah berjalan sekitar 50 meter ke dalam mulai terlihat
pendar-pendar di dinding dan lagit-langit terowongan. Kami hanya menggunakan menggunakan
senter dari HP untuk menyinari jalan di bawah yang sebagian berlubang dan
tergenang air. Di ujung jalan ada kursi putih yang menandakan batasan area yang
dapat dijelajahi. Jarak dari pintu masuk sekitar 100m.
Kami sepakat untuk
mematikan lampu HP—satu-satunya sumber cahaya di tengah terowongan. Cahaya dari
pintu masuk intensitasnya tidak begitu tinggi, terlebih karena sudah mau malam
sinar matahari semakin redup. Barulah koloni cacing yang menyala terlihat
semakin jelas. Mereka menghiasi bagian atap terowongan. Hitamnya warna interior
terowongan, dengan dekorasi titik-titik bercahaya di atasnya, membuat
seolah-olah seperti melihat gemerlap bintang di langit bangat.
Kali itu pengalaman
pertama saya melihat fenomena ini. Warna cahayanya putih kebiruan. Kekuatan
cahayanya tidak terlalu tinggi, tetapi saya masih bisa mengidentifikasi satu
titik dengan titik lainnya. “Ssttt . . .”, seru salah satu kawan. Susana yang
henang membuat pengalaman melihat pendaran cahaya cacing ini semakin unik.
![]() |
Titik Titik Terang di Langit-Langit Terowongan |
Ketika mencoba
mendokumentasikan dengan ponsel, kualitas gambar yang dihasilkan tidak begitu
bagus. Mirip dengan bintang dan bulan yang indah jika dilihat dengan mata
telanjang, tetapi tidak bisa ditangkap kecantikannya hanya dengan kamera depan
HP. Pemandangan ini memang harus dirasakan sendiri dengan datang langsung.
Tidak banyak yang bisa
yang bisa dilakukan di terowongan selain melihat koloni glow worm. Kami
kemudian keluar gua dan memutuskan untuk menikmati matahari terbenam dan berjalan-jalan
di Kota Helensburg yang sempat ramai karena pertambangan.
Setelah gelap dan
hendak kembali ke Sydney, beberapa teman berpikir untuk masuk kembali ke gua.
Menurut banyak sumber di internet, pemandangan saat malam hari amat magis.
Sebagai yang agak parno dengan hantu, saya tidak ikut mereka dan memutuskan
langsung kembali naik kereta pulang. Malamnya di grup teman-teman yang tinggal
lebih lama membagikan beberapa foto. Mereka bilang cacing menyalanya sudah
terlihat dari sejak awal masuk terowongan. Semakin dalam jumlah koloninya
semakin banyak dan nyalanya semakin terang.
![]() |
Semakin Minim Cahaya, Semakin Berkilau Para Cacing. Sumber: Dokumentasi Fitrah Azizah |
Spesies glow worm ini ternyata endemik Australia dan New Zealand. Saat fase kepompong, mereka memproduksi cahaya untuk menarik serangga-serangga kecil yang menjadi makanannya. Ada beberapa tempat untuk melihat koloni hewan ini secara alami, dan Helensburg merupakan salah satu tempat yang paling mudah diakses dan gratis. Peran kita untuk melindunginya adalah dengan mengindari memfoto dan memvideo dengan cahaya serta tidak mengambil apapun dari habitatnya.
Komentar
Posting Komentar