SIAware Angkatan 29 |
Training SIAware merupakan adalah pelatihan
pengembangan diri yang menggunakan metode Experential
Learning, yang terdiri dari 70% praktik, 20% diskusi, dan 10% materi.
SIAware mengajak kita belajar melalui pengalaman, sehingga mereka bisa
menyadari tentang diri kita sendiri, bahkan bagian diri yang selama ini tidak
disadari yang ternyata menghambat kita untuk mencapai impian-impian. Dengan
kesadaran baru itu maka diharapkan kita bisa memiliki pilihan-pilihan baru
sehingga membuat hidupnya lebih efektif.
Berhubungan dengan tulisan sebelumnya mengenai
awal perjumpaan saya dengan SIAware yang dapat dibaca di sini, pada awalnya
saya kira training ini merupakan pelatihan pengembangan diri pada umumnya. Dan
ternyata presepsi saya salah dan pandangan saya soal SIAware berubah 180
derajat. Selama mengikuti training, saya belajar banyak hal baru mengenai diri
saya sendiri. Ada tiga manfaat besar bagi diri saya sendiri yang menjadi bekal
untuk berjuang menggapai impian-impian saya setelahnya.
SIAware ibarat kaca yang besar dan jernih, yang
membuat saya dapat merefleksikan hal-hal kecil di diri saya yang sebelumnya
sering luput dari perhatian. Saya menyadari bahwa perilaku saya selama empat
hari di sana, merupakan cerminan nyata apa yang biasa saja lakukan sehari-hari.
Saya sadar bahwa saya masih sering iri dengan orang lain, membandingkan diri
dengan pencapaian orang lain yang biasa dipajang di sosial media, dan bergaul
dengan dasar hubungan transaksional saja. Saya pun menyadari bahwa dalam
bekerja seringkali saya tidak all out, belum
mengerahkan tenaga dan pikiran 100%. Akibatnya hasil pekerjaan jadi tidak
maksimal. Saya tau bahwa yang saya kerjakan belum mengerahkan sepenuhnya
kemampuan saya, dan saya merasa cukup atas hasil yang diraih. Padahal, apabila
saya dapat mengeluarkan seluruh kemampuan, hasilnya pun akan maksimal.
Selalu membandingkan diri dengan orang lain
membuat saya menjadi tidak fokus dengan diri saya dan tujuan-tujuan yang ingin
saya capai. Setelah mengikuti training ini saya pribadi merasa menjadi lebih
bahagia karena lebih banyak melihat hal-hal yang patut disyukuri atas diri saya
sendiri, dan berhenti meratapi keadaan dengan scroll feed di Instagram. Sebelumnya, saya menghabiskan banyak
waktu dengan melihat-lihat postingan kawan-kawan di Instagram, dengan alasan
ingin update berita. Ternyata hal
tersebut berdampak buruk bagi saya, dan akhirnya saya memilih untuk
menghentikan kebiasaan ini.
Kebiasaan buruk lainnya yang saya sadari
menghambat adalah nonton anime dan baca manga. Sebelumnya saya menjadikan aktivitas
tersebut sebagai escape karena merasa
tidak bahagia akibat terlalu sering melihat media sosial itu. Di kala itu
bahkan satu hari saya dapat mengabiskan 1 season anime (12 episode) dan 50 chapter manga. Setelah ikut SIAware dapat
lepas dari kegiatan sia-sia ini. Yah, walaupun sekarang masih tetap baca komik
yang update mingguan seperti One
Piece dan Boku no Hero Academia. Tapi paling-paling hanya kurang dari 5 chapter sepekan.
Di training SIAware saya juga menyadari bahwa
setiap hal yang terjadi di dalam hidup ini merupakan tanggung jawab diri
sendiri. Saya memegang kendali penuh akan
diri sendiri. Ketika sudah memiliki impian, saya memilih untuk berjuang untuk
menggapainya. Sebelumnya, saya pernah mengikuti seminar-seminar motivasi yang
menyemangati tentang impian. Bukan mustahil untuk mencapai cita-cita setinggi langit.
Tapi tidak hanya bermimpi saja, namun kita harus tetap memiliki langkah taktis yang
realistis agar dapat semakin dekat dengan impian. Dan SIAware kembali
mengingatkan mengenai impian-impian saya dan membuat strategi untuk
mencapainya.
Hal-hal lain yang saya pelajari mengenai diri
saya adalah bagaimana saya mempresepsikan lingkungan sekitar dan orang lain.
Ternyata ketika melihat sesuatu atau menilai suatu keadaan, pikiran saya
menarik untuk dijelajahi, haha. Saya tidak tahu bagaimana kalimat yang tepat
untuk mendeskripsikannya. Pokoknya, saya jadi tahu bagaimana pikiran saya
memproses lingkungan sekitar dengan perspektif seorang Aditya Parama
Setiaboedi. Dan hal tersebut menjadi poin menarik bagi saya.
Dari SIAware saya juga berkenalan dengan banyak
orang hebat dari berbagai latar belakang. Sebanyak 62 orang peserta lainnya di
SIAware merupakan orang-orang yang luar biasa, yang saya belajar banyak dari
mereka. Salah satu teman terbaik saya di
SIAware angkatan 29 adalah Ry (Ery Ana Awang). Dia adalah seorang apoteker yang
bekerja di KPU (Komisi Pemilihan Umum) Bima. Ry jauh-jauh datang dari Nusa
Tenggara Barat ke Bandung untuk mengikuti SIAware. Tentunya investasi yang
dikeluarkan tidak sembarangan. Bahkan Ry bilang bahwa harga tiketnya lebih
mahal dari biaya investasi training.
Ry, Sang Wanita angguh dari Bima |
Saya pun jadi kenal dengan Mas Qiwe, yang
banyak bercerita mengenai sejarah SIAware. Ternyata pelatihan ini awalnya
diinisiasi oleh Bu Nani, yang merupakan bagian dari Ikatan Alumni ITB (IA ITB).
Beliau memiliki kepedulian khusus terhadap kondisi mahasiswa lulusan ITB tidak
memiliki softskill yang baik ketika lulus dan masuk dunia kerja. Banyak
diantaranya yang hanya mengikuti arus dan belum menentukan arah tujuannya
sendiri. Pelatihan SIAware angkatan pertama katanya dilakukan di Aula Barat
ITB. Awalnya training ini hanya dibuka untuk mahasiswa dan alumni ITB. Biayanya
pun disubsidi oleh IA ITB. Salah satu hasil yang langsung terlihat adalah
mahasiswa himpunan Sipil dan Tambang yang sering terlibat pertikaian dari tahun
ke tahun biasa berdamai, salaing berangkulan dengan berlinangan air mata.
Hingga SIAware angkatan ke-20, training ini eksklusif untuk kampus ganesha
saja. Namun karena antusiasme masyarakat semakin tinggi, maka training ini pun
dibuka untuk umum hingga sekarang.
Jadi, bisa jadi SIAware merupakan jawaban dari
kegalauan kamu selama ini. Setelah membaca ini saya harap kamu dapat segera
memutuskan untuk terlibat dalam training SIAware terdekat dan bergabung dengan
ribuan orang yang telah merasakan perubahan positif dalam hidupnya.
Komentar
Posting Komentar